Terus terang saya paling kesal dengan orang yang menuliskan email dengan kutipan (quote) yang tidak dipotong seperlunya saja. Ada orang yang mengutip keseluruhan email yang dibalasnya dan kutipan ini diletakkan di bagian bawahnya. Jadi tulisan di atas, keseluruhan kutipan di bagian bawah email. Istilah yang sering dipakai adalah "top posting." Email dan kutipannya ini kemudian dibalas dengan menyertakan seluruh email tersebut (tentu saja beserta kutipannya tadi). Kemudian email ini dibalas dan disertakan sebagai kutipan lagi. Dal ini dilakukan beberapa kali sehingga email menjadi panjang dan besar ukurannya.
Ada juga yang mengutip keseluruhan tapi sudah diletakkan di bagian atas. Bagi saya hal ini sama saja, yaitu memboroskan penggunaan jaringan.
Jaman dahulu bandwidth jaringan komputer sangat terbatas sehingga orang sangat berhati-hati (irit) dalam menulis. Saat ini orang sembarangan menyertakan attachment yang ukurannya besar karena dia tidak merasakan beban dari pengiriman emailnya itu. Umumnya mereka menggunakan layanan email dari kantor atau sekolahan. Jika mereka menggunakan email sendiri dari rumah, apalagi jika menggunakan dial-up, pasti mereka akan merasakan beratnya email-email raksasa itu. Maklum, mereka harus membayar pulsa dan akses Internetnya.
Program pembaca email saat ini juga sudah canggih sehingga bisa menghilangkan (hide) kutipan dari tampilan sehingga pengguna tidak merasa terganggu dengan adanya kutipan dari kutipan (dari kutipan, dari kutipan, …). Pembaca email jaman dahulu masih harus menampilkan kutipan sehingga akan merasa terganggu apabila kutipan jauh lebih panjang dari jawabannya.
Jaman dahulu ada tata cara untuk mengutip email, yaitu dengan menandai bagian yang dikutip dengan menggunakan tanda lebih besar (>). Contohnya seperti ini.
> Ini kutipan dari email lama. Ini jawaban atas kutipan tersebut. Perhatikan ada tanda di depan kutipan. Kutipan juga hanya secukupnya saja.
Sekarang orang mengutip dengan seenaknya sehingga membingungkan mana bagian yang dikutip dan mana jawabannya. Kadangkala ada orang yang menggunakan warna untuk membedakan bagian yang dikutip dan jawabannya. Repotnya adalah saya sering menggunakan pembaca email yang berbasis teks biasa (saya menggunakan program mutt di sistem operasi Linux) sehingga tidak terlihat perbedaan warna tersebut. Repot.
Mungkin saya termasuk pengguna email yang kuno sehingga masih terganggu dengan orang yang tidak tahu cara mengutip dalam email.
saya pakai Pine pak…
sejak saya masih SMP dulu, sampai sekarang, sempet pakai outlook tapi ga kuat sama virusnya…
hareee genee … maseh pake PINE?
ck ck ck …
SAMAAAAaaa …..
😀
Pakai thunderbird aja Pak Budi 🙂 http://www.mozilla.com/thunderbird/all.html
Pak Budi, kadang2 mengutip email dari pengirim diperlukan juga. Di kantor, saya kadang2 harus me-reply ke pengirim tetapi menambahkan orang lain di field CC. Kalo saya menghapus email asli dari pengirim, orang2 yang berada di field CC mungkin tidak akan tahu ujung pangkalnya… Memang kasus seperti ini tidak selalu terjadi, tetapi di kantor, saya seringkali harus menyertakan orang2 lain dalam CC untuk sekedar informasi atau pemberitahuan.
#3, yang menjadi masalah bukan hanya sekedar tools yang digunakan akan tetapi cara menggunakannya. Kalau pakai Thunderbird tapi tetap tidak membersihkan kutipan … ya sama saja dong.
#5, yang masalah bukan hanya meneruskan (forward) atau melakukan CC, akan tetapi isi dari beritanya sendiri. Sebagai contoh, dalam komentar saya ini mengapa saya perlu menyertakan keseluruhan tulisan Anda?
(Kemudian bayangkan kalau Anda menjawab lagi dengan menyertakan tulisan saya sebagai kutipan DAN tulisan Anda lagi sebagai kutipan dari kutipan. Begitu juga penulis email berikutnya. Makin panjang saja thu kutipannya.)
Ingin sekedar contoh. Misalnya ada orang lain yang membalas tulisan saya di nomor #6. Isinya … (bingung nggak?)
Setuju!
betul! seharusnya memang dalam ber-email aturan2 bagaimana mengutip isi e-mail sebelumnya dsb. hrs. diperhatikan supaya tidak menjadikan isi e-mail semakin ruwet, puanjang, membingungkan dan membuat orang malas membacanya.
Saya pernah jadi “korban” kutipan sembarangan akibat orang mengutip email dengan tidak rapih formatnya. Email saya di satu milis, dibales orang lain, terus dibales dsb dsb. Tiba-tiba nongol di salah satu majalah komentar saya (yang bukan komentar saya, hanya karena kutipan ndak jelas yang diawali oleh email saya yang diforward ke mailing list tersebut). Dan majalah itu, bukan majalah yang pernah mengontak saya. Seingat saya di majalah pendidikan anak-anak hualah. Padahal pada tahun itu saya belum punya anak.
Sebagai pengguna e-mail sebaiknya memahami apa yg akan dikirim, baik tulisan sendiri maupun kutipan, dengan dasar itu pengirim email akan melihat dan menilai e-mailnya sendiri layak/gak untuk
dikirim. Kutipan juga harus dipilih (di edit) yang sesuai saja yang tidak berguna dibuang. Itulah pengirim e-mail yang baik, emailnya akan lebih fokus, lebih jelas, menghemat bandwidth sendiri dan menghormati bandwidth orang lain. Itu kan salah satu etika di komunitas. Sayangnya tidak semua orang bersikap demikian, bisa karena gak tahu (gaptek) atau gak mau tahu (gaptek juga:), kiranya sosialisasi netiket (etika di internet) tetap diperlukan meskipun nampak sepele.
sama, saya juga kesal kalau style id-gmail dibawa2 ke milis lain 🙂
#11 gyakakakakak… =))
Oh, don’t get me started on this topic.
*steaming mad*
Saya juga setuju kalo itu kita potong seperlunya saja. Jika dalam satu paragraf itu ada pertanyaan bertubi-tubi. Utk mereplynya kadang bisa saya pecah2, sehingga tidak mesti per paragraf.
Untuk email aslinya masih saya sertakan juga (tetep boros bandwidth ya :P)
Yang paling nyebelin itu pak kalau yang nge-reply nggak menghapus signature dan iklan. Saya sering kok mendapat email yang dipenuhi signature dan iklan (Yahoo).
#15, bukan.. yang lebih nyebelin itu adalah mendapat reply (dari reply (dari reply (dari reply (…)))), plain text, di-trim 76 karakter sehingga newline dan ‘>’ balapan. Kalo gini, mau mangkas kutipan, mau top-post, bottom-post, dkk juga kagak nolong 🙂
I pity the mutt user 😛
kalau yang mengutip secara agak sembarangan itu adalah tukang mie kocok yang baru diajari berinternet, bisa dimaklumi dan bahkan perlu didukung inisiatif ke-“cyber”-annya itu.
tapi yang tidak habis pikir, kalau yang katanya pelaku-pelaku teknologi informasi yang bolak-balik menjelajah kolong langit, keluar masuk segala macam konferensi kelas dunia, aktif di segudang milis (termasuk yang Pak BR sudah nggak melanggan lagi), TAPI masih memakai gaya kutipan email yang mengesalkan pembacanya, nah mau ngomong apa lagi?
ada yg perlu/wajib disertakan kutipan sebelumnya (agar jelas alur ceritanya), ada yg sebatas seperlunya dan ada yg tdk perlu sama sekali (umumnya yg bersifat komentar only). mungkin perlu edukasi khusus bagi yg awam about cara nge reply email 🙂
Bener mas Budi, Saya setuju. Soalnya kutipan yang berkepanjangan mengganggu, dan yang lebh parah lagi alamat-alamat anggota milis yang juga disertakan, menjadi nambah panjang saja.
mungkin disini perlu bagi kita belajar bijaksana dengan email yang kita kirim.
*
*