Tadi pagi saya melihat status facebook kawan saya (Jay Diamond) yang sedang mendengarkan presentasi dari Tim O’Reilly di Stanford. Langsung saya bertanya bagaimana caranya untuk mendapatkan rekaman presentasinya. Eh, ternyata ada di situsnya (Stanford University’s Entrepreneurial Corner). Whoa. Langsung saya download. Sebetulnya tadinya saya dengarkan secara online, tetapi karena saking bagusnya saya download MP3-nya. Sekarang (menjelang tengah malam) saya dengarkan lagi.
Beginilah nampaknya belajar di abad 21.
Yang pertama adalah ketertarikan berasal dari sebuah status di facebook. Artinya media sosial memang dapat digunakan untuk memicu ketertarikan atas sebuah pelajaran. Hanya dari sebuah status.
Yang kedua adalah hilangnya batas fisik. Mungkin ini yang paling menarik. Saya dan kawan saya terpisah dalam jarak yang luar biasa jauhnya – di sisi lain dari dunia dengan beda waktu 12 jam – tetapi ternyata dapat belajar bersama. Saya yang berada jauh dari Stanford memiliki akses yang sama dengan orang yang secara fisik berada di sana. Luar biasa.
Jadi inget jaman dulu kalo disuruh Bu Guru bawa gambar sepeda, saya harus pergi ke pasar barang bekas untuk cari majalah bekas terus diubek2 sampe ketemu gambar sepedanya, terus digunting deh…ah, good ol’ days…
di NTU juga kalau tidak salah semua perkuliahannya divideokan pak, jadi bisa dibilang mahasiswanya tidak wajib datang. Kapan ya pak ITB bikin sistem kayak begini juga? 😀
Salam Rahayu untuk semua,.
http://supramistik.wordpress.com
Yang paling rawan adalah melawan rasa malas yang selalu menghantui. Salam Rahayu untuk semua,.
http://supramistik.wordpress.com
kalo saya suka twitter.Untuk berbagi pengalaman dll.Facebook juga suka sih.Cuman buat fp doang
Tersedia juga di iTunes
Sekarang banyak media sosial yang sangat membantu kita untuk bertukar informasi. Abad 21 semakin mudah saja ya…
like this
Jadi manusia sekarang itu lebih pintar atau tambah bodoh ?
Menurut pengamatan saya, banyak anak sekolah setingkat SMU bahkan hingga kuliahan pandai menggunakan HF hingga komputer, namun sulit di ajak berhitung.
lebih kwahatir ketika kesadaran sosialnya jadi berkurang karena semuanya semakin lebih mudah. tapi semoga saja tidak. karena kita butuh kebersamaan dalam arti yg sebenarnya.
Sebagian besar anak-anak kita masih dididik dengan model pembelajaran yang sama seperti 30 thn lalu