Dalam presentasi saya kemarin – “Menuju Masyarakat Digital Madani” – terjadi debat mengenai budaya membaca orang Indonesia. Atau, lebih tepatnya, budaya tidak membaca orang Indonesia. hi hi hi.
Yang menjadi perdebatan adalah apakah kita harus mengubah budaya orang Indonesia agar lebih menyukai membaca sebagaimana orang-orang Barat? Saya mengambil posisi yang agak berbeda. Saya berpendapat bahwa orang Indonesia lebih senang melihat dan mendengar. Dengan kata lain, cara belajar orang Indonesia adalah dengan menggunakan YouTube. Oleh karena itu daripada memaksa orang Indonesia untuk membaca, mungkin lebih mudah membuat visualisasi dari berbagai ilmu pengetahuan. Bagaimana pendapat Anda?
Sementara itu, saya sendiri masih hobby membaca. Ini adalah buku-buku yang baru saya dapatkan.
Nah, kapan waktu untuk membacanya ya? hi hi hi.
Sementara itu, kalau kuliah, sering saya bawa buku-buku untuk “show and tell”. Setidaknya agar mahasiswa bisa merasakan telah “memegang” buku-buku yang keren. he he he. Membacanya sih lain kali.
Bisa jadi benar. Baru saja saya belajar mengganti keyboard laptop melalui Youtube. Dengan video, detailnya sesuai dengan fakta. Kadang kalau lewat tulisan, pembaca harus menghayalkan (yang bisa jadi berbeda dengan yang dialami si penulis).
banyak pendapat ya pak?
Saat stuck dengan materi kuliah, beberapa kali saya lebih memilih belajar via youtube dibandingkan dengan textbook. Menurut saya penjelasannya lebih bisa dicerna. Namun terlepas dari preferensi dalam belajar, menurut saya budaya membaca adalah hal yang penting bagi semua kalangan. Membaca dapat membuat otak tetap tajam
membaca sekarang banyak yang tak minat beda dengan menonton
memang membaca di buku cetak/tulis memang membosankan namun mudah dihapal tinimbang digital book 😀
budaya membaca klo menurut saya sudah mulai meningkat dengan adanya era digital, walaupun lebih tepatnya membaca singkat dan pendek, terkait dengan adanya portal berita online, socmed, dll… walau bgitu ttp perlu diapresiasi.. yah semoga budaya tak lekang oleh waktu dan peradaban, tpi menyatu di dalamnya…
monggo mampir mas ke saywithwords.wordpress.com
suatu kehormaran bs dikunjungin oleh org hebat seperti anda… salam penulis
pernah membuat barang dengan referensi youtube, hasilnya gagal total.Ada saran lain?
Ini hobbynya sama kaya saya mas, bukan hobby baca buku, tapi hobby beli buku .. kalau ke toko buku semua pengen dibeli, tapi sampai rumah kadang baru beberapa bulan kemudian bukunya dibaca.. hehehe…
Tidak semudah itu menyimpulkannya pak 😀 . Masih banyak masyarakat yg saya temui, mereka tetap gemar membaca. Hanya saja bacaan yg bermutu dan terjangkau, masih sulit. Konon lagi ada gerakan selamatkan hutan, dari pada dijadikan buku, mending digitalkan saja. Padahal semua tahu kalo itu maknanya adalah save illegal logging 😀
membaca memang pada males
Untuk saya pribadi membaca buku-buku perkuliahan memang sangat membutuhkan waktu yang lama untuk mengerti maksud dari penulis. Jadi lebih senang melihat tutorial di youtube. Tapi untuk membaca novel justru kalo di filmkan misalnya malah jadi kecewa karena gak sebagus gambaran saat membaca.
Maaf menurut saya mungkin orang-orang indonesia malah suka membaca, buktinya forum-forum facebook dan group2 facebook ramai dengan posting dan komen
Nah masalahnya siapa yang buat video youtube?
Apa bisa buat video youtube dari lihat video lainnya?
Yang bikin video ya harus baca-baca-baca-baca
bukan nonton-nonton-nonton
membaca tanpa memahami juga percuma.. 😀
Pusat Riset dan Pengembangan Terapi Musik, Gelombang Otak & Hipnoterapy Terbaik Di Indonesia
dengan membaca menambah wawasan
Saya juga lebih suka belajar tutorial dari youtube daripada membaca, haha.
setelah pergantian bos, bos yang baru saya selalu menunjuk karyawannya secara acak untuk ditanya beberapa teori berkaitan dengan tugas masing – masing.. kebetulan internet kantor juga mati, akhirnya semua karyawan kembali membaca, bukan dari gadget, tapi dari buku! :)))
Rakyat Malaysia juga dibahaskan isu yang sama iaitu dalam setahun rakyat Malaysia membaca berapa muka surat. Saya membaca terkantung kepada bahan. Jika bacaan ringan boleh saja curi masa untuk membaca sambil menunggu di dalam mobil. Jika bahan bacaan yang berat (seperti jurnal, buku2 ilmiah), perlu tempat dan keadaan yang khas.
saya jg br dapet buku ‘anak bertanya pakar menjawab’ pak. tp br sempat baca kata pengantarnya aja 😀
Kalo menurut saya pak.. hhe
buku tetap menjadi media paling efektif dan efisien murah.. buat distribusi ide dan ilmu..
karena kalo 1 isi buku di visualkan dan di video kan butuh banyak waktu, energi dan resources.. hehe. Itu baru 1 buku… mungkin jg jadi pengaruh ke harga
saya setuju, membuat visualisasi kayaknya bisa memudahkan banyak orang dalam memperoleh ilmu pengetahuan terutama untuk orang2 yang malas baca