Pemanfaatan teknologi informasi sekarang membuat orang menjadi mudah untuk mengeluarkan pendapat. Opini dapat disalurkan melalui blog atau bahkan melalui status facebook dan tweet di twitter. (Saya pribadi agak sedikit alergi dengan tweet di twitter karena jadinya menggampangkan topik yang dibahas.)
Yang menjadi masalah adalah seringkali orang yang mengeluarkan opini ini bukanlah orang yang kopeten di bidangnya. Sebagai contoh, saya pernah diminta untuk mengeluarkan pendapat mengenai siapa yang akan menjadi juara dunia sepak bola. ha ha ha. Memangnya saya kredibel gitu untuk melakukan analisis sepak bola dunia? Tidak! Ya opini saya akan ngawur. Penonton bola seperti saya lebih sok tahu daripada orang yang memang menggeluti bidang sepak bola.
Di dunia media sosial, banyak orang yang mudah sekali mengeluarkan opini. Yang ini malah lebih banyak lagi yang tidak kompeten. Sayangnya banyak pembaca yang kemudian berpikir bahwa opini tersebut valid, seperti diutarakan oleh pakarnya. Kemudian opini ngawur ini diteruskan ke berbagai teman. Tambah ngawur lagi. Tidak ada upaya untuk mencoba mencari tahu hal yang sesungguhnya. Malaslah.
Lantas, apa orang tidak boleh beropini? Kan itu hak saya.
Ya boleh juga sih beropini sesukannya, tetapi jangan marah kalau ditertawakan orang. Siap tidak? Yang ini biasanya tidak siap. Tidak mau ditertawakan. Nah. Kalau Anda merasa berhak untuk membuat opini ngawur, maka orang juga berhak untuk menertawakan Anda.
Mari kita tertawa … ha ha ha.
Setuju Pak, manusia-manusia sekarang nampaknya makin tidak cerdas saja dalam membagikan informasi yang belum jelas ujung pangkalnya.
Saya beberapa tahun lewat senang beropini di dunia maya, terutama di sosmed. Setelah beberapa saat saya baca kembali opini saya, saya justru ketawa dan malu sendiri.. Opini tersebut akhirnya saya hapus semua.. Kesannya sok pintar dan sok mengerti banget, padahal ga ngerti sama sekali dan hanya bermodal cuap yang berasal dari kabar-kabar burung di udara.. asli saya malu..
Pelajaran dari itu semua, sekarang malah saya hati-hati sekali beropini, walaupun itu bidang saya.. Mending sebagai pengamat saja. Saya sepakat dengan pak Bud.., “Ya boleh juga sih beropini sesukannya, tetapi jangan marah kalau ditertawakan orang. Siap tidak? Yang ini biasanya tidak siap. Tidak mau ditertawakan. Nah. Kalau Anda merasa berhak untuk membuat opini ngawur, maka orang juga berhak untuk menertawakan Anda.”
😀
Hiks, saya seringkali cederung beropini 😦
Terkadang memang seperti itu.
Mari kita tertawa … ha ha ha 😀