Banyak orang Bandung yang kesal karena kemacetan di kota Bandung sudah semakin parah. Bahkan Bandung menduduki tempat yang dianggap parah dalam hal lalu-lintas.
Banyak orang yang menyalahkan kemacetan ini kepada hal-hal teknis, tetapi saya ingin mengingatkan bahwa ada aspek lain yang lebih penting. Aspek manusia.
Masalah kemacetan di kota Bandung (dan mungkin di kota-kota lainnya juga) adalah ketidaksabaran, egois, dan ketidakpatuhan terhadap peraturan. Mari kita bahas.
Banyak orang yang tidak sabar ketika mengendarai kendaraan. Mereka menyangka bahwa orang lain tidak ingin cepat sampai. Apakah hanya mereka saja yang ingin cepat sampai? Sehingga mereka buru-buru. Tidak sabar. Ada celah sedikit saja disosor. Sabar sedikit kek kenapa?
Egois. Mau menang sendiri. Tidak mau berbagi. Kadang saya bingung. Ketika saya memberi jalan ke orang lain, maka orang yang di belakang saya marah-marah. Padahal dengan memberi jalan ini membuat jalan mengalir. Tidak macet deadlock. Sering juga yang diberi jalan bingung karena biasanya mereka tidak pernah diberi jalan. Sayangnya kemurahan hati ini sering di-abuse oleh orang lain dengan tidak mau bergantian.
Ketidakpatuhan terhadap peraturan menjadi masalah terbesar. Begitu jalur terhenti, maka biasanya motor-motor (dan kadang mobil gila) masuk ke jalur lawan arah sehingga kendaraan dari arah yang berlawanan tidak bisa berjalan. Macetlah jadinya. Orang-orang ini tidak merasa bersalah telah melanggar peraturan. Saya pernah menegur orang yang seperti ini, eh malah galakan dia. ha ha ha. Kacau…
Solusi terhadap masalah ini, ya tentu lawan dari sifat-sifat yang sudah disebutkan di atas. Ayo bersabar, berbagi, patuh pada peraturan. Tidak mudah memang. Tapi jika kita ingin kemacetan berkurang, maka hal-hal ini harus diajarkan dan dilaksanakan. Sifat-sifat ini tidak dapat muncul demikian saja. Mungkin awalnya harus didisiplinkan! Kalau melanggar disuruh push-up dulu kali ya? he he he
wah gimana nih solusinya pak ridwal kamil
Reblogged this on Frendhi Saido Danaro and commented:
“Siapa cepat, dia dapat” Mungkin ini moto yang masih dipegang teguh banyak orang, tapi diterapkan di waktu dan tempat yang salah.
salam kenal om 🙂
ya benar pak setuju sekali… kadang yang salah gak mau disalahkan hehhee
Betul sekali pak, saya sering membayangkan andai jalur yang memang didesain untuk satu lajur itu digunakan sebagaimana mestinya. Pasti akan lebih mengalir walaupun memang tidak bisa ngebut. Daripada 1 jalur dibuat jadi 2 lajur mobil, kelihatannya diawal yang membuat lajur baru akan lebih cepat dibanding yang lain. Namun pada akhirnya hal tersebut yang menjadi penyebab macet. Akhirnya motor tidak punya ruang di sisi kiri dan mereka memilih melawan arus. Dan semakin parah-lah kemacetan yang terjadi. 😦
Saya termasuk pejalan kaki yg suka bengong pak kalau ada mobil yg ngasih jalan pas saya mau nyebrang, soalnya jaraaang… Dan mskpn udah dikasih jln, saya sih tetep serem nyebrang, soalnya motor2 sih pasti pd tetep ngebut…
mental inlander indonesia masih tertanam
bentar lagi kan ada monorel siapa tau bisa mengatasi kemacetan di bandung
Ya orang mah berkendara sesuai kondisi jalan atuh pak, kalo macet masa iya mau ngebut. Memang transportasi bandung tidak sebagus tamannya, itulah fakta. Kalo usul saya mah pada kerja remote aja semuanya, yg mahasiswa ikut mooc, yg jualan lewat onlen, pokoknya semua onlen hi hi hi…
Paling enak ya jalan kaki atau gowes. Cuma kalo gowes kadang suka bingung lokasi parkirnya.
iya Pak, kita yang harus mulai 🙂
kurangnya disiplin adalah faktor utama karena aturan yg tidak tegas
disiplin memang hal yang sangat penting untuk setiap manusia, dengan disiplin hal-hal yang rawan bisa di minimalisir…hehe salam kenalll
Sibb bos. Tapi emang kalo mau disiplin harus diawali dari karakter manusianya dulu yang perlu dibenahi. Baru aturan bisa berjalan CMIIW
online shop fashion indonesia
Kendaraannya terlau banyak sih pak, sampai di bawah2 pohon mobil smua
Jalan di Bandung memang tidak didesain menampung kendaraan sebanyak itu