Berkah COVID-19: distribusi SDM

Kemarin dari sebuah diskusi internal, mas Helmi (perlu diperjelas Helmi yang mana – ha ha ha) mengangkat sebuah opini bahwa salah satu berkah dari COVID-19 ini adalah adanya distribusi SDM Indonesia yang lebih merata. Sejak Indonesia mereka. Hadoh. Sebelum COVID-19 ini, sumber daya manusia Indonesia yang “bagus-bagus” berkumpul di Jakarta. Maklum, duit ada di Jakarta. Maka berbondong-bondonglah orang-orang pindah ke Jakarta. Sekarang dengan adanya COVID-19 maka banyak orang yang bekerja dari rumah – work from home. Maka banyak orang yang “mudik”. Tidak tinggal di Jakarta lagi, tetapi tetap bekerja ke perusahaan (yang di Jakarta). Ada yang kerja di Blitar, misalnya, katanya. ha ha ha.

Efek dari bekerja dari rumah ini adalah kembalinya orang-orang ke daerah-daerah asalnya. Apakah ini menimbulkan efek perekonomian di daerahnya? Misalnya kan dibutuhkan lagi orang yang memasak, jualan produk harian, pembantu, dan seterusnya. Mereka juga akan beli makanan, butuh hiburan, dan seterusnya yang semunya menimbulkan kegairahan perekonomian di daerah.

Pertanyaannya adalah apakah setelah COVID-19 ini berlalu, atau setidaknya kita menemukan cara untuk hidup berasamanya, orang-orang akan tetap di tempatnya sekarang ataukah kembali ke Jakarta?

Jawaban saya saat ini adalah kemungkinan besar orang akan kembali ke Jakarta. Insentif apa untuk tetap tinggal di tempat yang sekarang? Yang ada adalah biaya hidup lebih murah dan lebih dekat ke keluarga, tetapi dahulu mereka bisa meninggalkan kedua hal di atas. Jadinya melakukan lagi bukanlah hal yang sulit. They have done it before.

Agar mereka tetap berada di tempat sesungguhnya adalah kepentingan dari daerah tersebut. Artinya kepentingan dari pemerintah daerah. Akan ada trickle down effect dari ekonomi. Apakah pimpinan daerah melihatnya begitu? Dugaan saya tidak. Jadi tidak akan ada upaya-upaya atau inisiatif untuk membujuk mereka agar tetap di tempat. Apakah di tempat tersebut ada coffee shop, tempat makan, biosokop, toko buku, tempat pertunjukan (musik, pementasan, seni, arts, …), dan seterusnya. Fasilitas seperti ini yang dicari oleh orang-orang yang kabur dari Jakarta.

Orang kreatif akan berkumpul dengan orang kreatif. Berkumpul di sini dalam artian bertemu secara fisik. Ini ternyata masih kebutuhan. Penelitian dari Richard Florida menunjukkan demikian, meskipun ini sebelum terjadinya COVID-19. Sekarang orang masih takut bertemu fisik karena belum paham cara menanggulangi COVID-19. Nanti setelah paham – baik melalui vaksin atau kemampuan medis lainnya – maka orang akan bertemu lagi secara fisik. Artinya orang akan kembali ke Jakarta.

Singkatnya distribusi SDM saat ini hanya sementara. Buktikan bahwa saya salah.

5 pemikiran pada “Berkah COVID-19: distribusi SDM

  1. “…Yang ada adalah biaya hidup lebih murah dan lebih dekat ke keluarga, tetapi dahulu mereka bisa meninggalkan kedua hal di atas…”

    Mungkin karena dahulu belum bisa WFH? Jadi nanti setelah normal, dan WFH masih bisa diterapkan, bisa jadi mereka akan menetap karena tidak nyaman dengan kemacetan dan polusi di Jakarta? Ya tapi nanti kita lihat saja faktanya ke depan 😀

  2. Pemikiran yang menarik, Pak BR.

    Mungkin fasilitas yang diperlukan saat WFH adalah internet yang kuat.

    Jadi, kalau pulang ke daerah tapi di sana sinyalnya susah, bakal mikir-mikir.

    Barangkali mereka tetap akan melipir ke tempat yang agak kotaan dikit, atau paling tidak, yang internetnya kenceng 🙂

Tinggalkan komentar