Jika disebutkan kata “Kodak”, apa yang ada di kepala Anda? Bagi sebagian besar orang yang seusia saya (baca: berumur atau tua) nama Kodak selalu diasosiasikan dengan fotografi. Jika ingin memotret, maka kita membutuhkan film buatan Kodak. Kodak merajai dunia fotografi. Bahkan di Amerika ada istilah “Kodak moment” untuk situasi yang pantas untuk diabadikan dengan foto. Namun jika kita melihat saat ini, foto tidak lagi diasosiasikan dengan Kodak tetapi dengan berbagai aplikasi – seperti Instagram – dan handphone. Apa yang terjadi?
Kodak sempat menjadi salah satu perusahaan terbesar. Namun karena keterlambatan mengadopsi teknologi maka perusahaan ini sempat menuju kebangrutan. Yang lebih mengenaskan adalah Kodak adalah perusahaan yang menemukan teknologi fotografi digital di tahun 1977. Sayangnya mereka tidak menghargai penemuan mereka sendiri dan terlena dengan posisi mereka sebagai raja film kamera.
Kodak saat ini mencoba bangkit kembali dengan masuk ke dunia Farmasi. Masih terlalu awal untuk menentukan berhasil atau tidaknya, tetapi kita dapat membuat analisis.
Dimana letak kesalahan mereka terdahulu? Apakah perubahan arah bisnis (pivot) mereka akan berhasil? Pelajaran apa yang dapat diambil? Mari kita bahas.
Bahan Bacaan:
- HBR: Kodak’s Downfall Wasn’t About Technology
- Why Did Kodak Fail? | Kodak Bankruptcy Case Study
- Forbes: How Kodak Failed
- Kodak Case Study (PDF)
- John J. Larish, Out of Focus: The story of how Kodak lost its direction (buku, berbayar)
- Case study: Kodak at a crossroad (berbayar)
Bahan Video:
Keruntuhan Kodak mirip juga dengan Blackberry atau Nokia, yaitu salah membaca arah teknologi.
Bisa jadi dengan adanya (unit bisnis) farmasi Kodak, mereka ingin mengokohkan fokus bisnis mereka sekarang di material lanjut (adv. materials) & kimia ya Pak?
Mungkin ‘sisa-sisa’ bisnis properti & real estate, kontrak lokasi pabrik, dan jaringan logistik mereka sekarang lagi seret juga.