Sedang riuh-rendah dibahas soal IKN – ibu kota negara. Sayangnya kebanyakan bahasannya soal politik dan kepentingan-kepentingan yang tidak jelas. Tentu saja ini karena dari kacamata orang IT (information technology, teknologi informasi). Kalau dari kacamata orang politik mungkin bahasannya tetap menarik. Atau tetap juga tidak menarik. Ha ha ha.
Mari kita bicarakan IKN dari kacamata orang IT saja. Lebih spesifik adalah apa yang harus diperhatikan ketika kita membuat kota baru. Tentunya latar belakang pemikiran dilandasi dengan harapan bahwa kota ini akan menghadapi tantangan baru di depannya. Artinya kota ini harus mengambil asumsi-asumsi yang baru. Setidaknya dari kacamata IT, aspek infrastrukturnya harus memenuhi syarat.
Hal utama yang harus disediakan oleh sebuah IKN baru adalah listrik. Semua yang terkait dengan IT membutuhkan listrik. Kebutuhan listrik akan sangat besar dan harus sangat handal (reliable). Setidaknya sumber listrik harus dari dua tempat yang berbeda. Siapkah? Oh ya, listrik ini bukan hanya untuk perkantoran saja, tetapi juga harus dapat digunakan untuk menghidupkan peralatan komputer beserta lingkungannya, misal AC di data center. Sebentar, itu akan saya bahas terpisah.
Hal berikutnya yang perlu mendapat perhatian adalah masalah jaringan (network). Sudah pasti IKN akan terhubung dengan kota-kota lain di Indonesia, selain bangunan-bangunan di kota tersebut harus terhubung dengan jaringan fiber optic. Lagi-lagi, seperti halnya kebutuhan listrik, kebutuhan jaringan ini harus diberikan oleh setidaknya dua penyedia jasa yang berbeda. Adakah?
Menggelar kabel listrik dan jaringan di sebuah kota tidak mudah. Banyak kota di Indonesia yang sulit dilakukan penggelaran ini karena jalan-jalan sudah dipadati oleh bangunan, sehingga untuk menggelar semuanya di bawah tanah (karena kalau di atas akan bersliweran dan tidak bagus) harus dilakukan dengan perencanaan yang matang. Yang terlihat di kota saya saat ini, jalur untuk listrik dan jaringan di bawah tanah sudah tidak dapat dilakukan lagi. Padahal harus disediakan “gorong-gorong” dalam ukuran yang raksasa.
Data center. Gedung pusat data. Meskipun sekarang sudah jalannya cloud, tetapi tetap ada kebutuhan untuk data center yang sifatnya lokal. Membangun sebuah data center yang sesuai dengan standar itu tidak mudah dan mahal. Sebagai contoh, lantai untuk meletakkan server (komputer-komputer dan perangkat lainnya) itu membutuhkan kekuatan yang sangat besar. Ini sangat berbeda dengan perkantoran yang isinya hanya manusia dan komputer biasa. Kalau ruangan perkantoran biasa ini diisi dengan server, jadinya ambrol. (Detail tidak saya ceritakan di sini. Ini saja sudah kepankangan.)
Bahasan di atas hanya yang singkat-singkatnya saja. Kita dapat membahas lebih banyak lagi rinciannya. Bahkan ada pepatah yang mengatakan bahwa “the devils are in details”. Bahwa rinciannya akan lebih sulit lagi untuk dibahas secara singkat.
Oh ya, ada video singkat saya yang membahas tentang hal ini di YouTube. Silahkan disimak ini.
Lompatan berpikirnya sangat besar pak. Dari masalah Energi ke masalah IT. Di tataran pengembangan sumber daya energi sampai ke level penggunaannya aja dah banyak masalah yang cenderung punya kerumitan sendiri. Masuk tataran IT, masalah dasarnya aja banyak yang gak paham. Apalagi bicara infrastruktur pendukung.
Jadi pembicaraan level “para dewa” deh
Bismillaah, Assalammu’alaykuum Pak Budi… Salam kenal, nama saya rani. Sebelumnya maaf oot dari tulisan bapak, mau tanya terkait kasus phising 🙏
Sy salah satu korban phising dimana sy dihub pihak yg mengatasnamakan bank BSI memberitahu adanya perub tarif transfer dst, kebetulan sy baru aktif e banking BSI 2 hari sebelum kejadian dan baru sj memindahkan sejumlah uang yg sangat besar jmlhny ke rek BSI tsb. Sehingga saat itu saya merasa inline bhw ada update info yg disampaikan. Saya isi link yg berisi kodeOTP aktivasi baru dan pin, sepertiny pelakunya menghijack sms banking,krn notif sms banking bs diakses oleh pelaku ( maaf klo sy salah dlm memahami ini). Saat merasa ada yg janggal, saya segera tutup telp pelaku utk hub call centre BSI namun uang sy sdh berpindah tangan ke bank lain secepat itu.
Adakah indikasi kebocoran data disini mengingat sy baru saja 2 hari mengaktifkan e banking sy dgn pemindahan sejumlah besar uang ?dan penelepon pun di awal pembicaraan langsung mention bahwa saya pemilik akun di BSI. Kasusny sdh sy laporkan ke polda metro jaya namun hingga 2 minggu ini blm ada perkembangan
Mohon point of view bapak jika berkenan khsusny terkait indikasi kebocoran data.. Yg sy sayangkan disini sy melapor ke BSI saat kejadiannya, namun tdk ada mekanisme yg gercep dari bank utk saling menghub antar bank dimana uang sy berpindah, sehingga bs dilakukan pencegahan dgn pembekuan rekening atau apapun itu
Terimakasih dan mhn maaf sebelumnya jika kurang berkenan 🙏🙏
wa’alaikum salam. yang ini nampaknya harus dibahas melalui jalur pribadi.
Terimakasih banyak responnya Pak..boleh jika berkenan, menghub bapak melalui jalur pribadi mana, melalui email atau ada staff bapak yg bs dihubungi? Terimakasiih sebelumnya