Sebagai seorang dosen dan konsultan, salah satu hal yang harus saya kerjakan adalah membaca. Banyak membaca. Bahan bacaan tentu saja banyak yang bersifat teknis karena bidang keilmuan yang saya geluti sangat teknis, tetapi juga ada bacaan yang bersifat filosofis. Di luar itu memang saya suka membaca berbagai topik yang tidak spesifik terkait dengan bidang keilmuan saya.
Masalahnya seringkali orang lain – dan bahkan saya sendiri – beranggapan bahwa membaca adalah bukan bekerja. Kalau bekerja itu menghasilkan sesuatu, baik yang terlihat secara fisik atau yang tidak langsung terlihat secara fisik. Tulisan ini juga merupakan sebuah karya atau hasil yang “tidak fisik”. Singkatnya ada hasilnya. Nah, kalau membaca kan tidak terlihat hasilnya. Memang karena membaca hasilnya ada di orang yang membaca. Dia menjadi lebih paham. Lebih mengerti. Lebih knowledgable. Jadi memang membaca itu merupakan bagian dari bekerja.
Membaca biasanya dilakukan dengan duduk. Saya dulu sering membaca sambil tiduran, tetapi sekarang lebih susah karena sudah harus menggunakan kacamata baca. Sangat mengganggu ketika membaca sambil seloyoran. Di luar negeri banyak juga orang yang membaca sambil berdiri di transportasi publik seperti subway, kereta bawah tanah, MRT, dan sejenisnya. Saya tidak bisa karena pusing kalau membaca di kendaraan yang bergerak. Eh, kalau di kereta api dan pesawat terbang masih bisa membaca. Namun sebagian besar membaca saya lakukan dengan duduk. Nah, apakah duduk membaca ini bekerja? Harusnya iya ya?
Tanpa membaca, ilmu saya akan mangkrak di satu titik. Stuck. Macet. Maka murid-murid saya dan juga klien-klien saya tidak mendapatkan yang terbaik, yang terbaru. Seperti mengajarkan ilmu di jaman dinosaurus. Padahal bidang ilmu saya – terkait dengan teknologi informasi – berkembang dengan sangat pesat. Jadinya membaca adalah sebuah kewajiban untuk memperbaharui ilmu. Berarti saya harus banyak duduk membaca. Waduh.
Saya membaca dulu ya. Eh, saya bekerja dulu ya.
Salut deh Om, semoga bisa kembali ke habit membaca. Sejak menikah, habit itu mulai menurun dan hampir hilang. Duh.
tanpa membaca kita akan menjadi titik, adem… adem adem