Sebetulnya ini bagian dari nonton konser Dream Theater di Solo. Sekalian saja kulineran di Solo. Sudah lama sekali saya tidak ke Solo. Terus terang saya tidak ingat terakhir kalinya ke Solo. Waktu kecil saya ingat ke Solo – atau lebih tepatnya stasiun Solo Balapan – karena bapak saya yang mengembangkan sistem persinyalan di situ. Bapak saya pegawai PJKA. Jadi waktu kecil teringat stasiun Solo Balapan. Setelah dewasa kayaknya saya belum pernah ke Solo lagi. Maka ini kesempatan.
Solo kurang dikenal sebagai tempat kulineran. Yang saya tahu adalah Jogja, selain Bandung tentunya. Maka saya meminta beberapa tips dari teman-teman saya yang hobbynya memang kulineran. Diberikanlah saya daftar tempat yang perlu dikunjungi. Eh, ternyata kawan saya – mas Wasis – yang hobbynya kulineran juga ke Solo nonton konser yang sama. Ya sudah, nebeng dia kemana saja.
Saya dan anak saya menggunakan kereta api Argo Wilis dari Bandung ke Solo. Enak keretanya. Lumayan 7 jam sampai Solo. Sampai di Solo sekitar jam 3 sore. Langsung ke hotel. Kami cari hotel yang dekat dengan stadion Manahan tempat konser. Sebetulnya ada hotel yang pas di depannya, tetapi karena kami memutuskan pergi ke Solonya terlambat jadi hotelnya sudah penuh. Akhirnya kami dapat hotel Fave yang tidak jauh juga. Bisa jalan.
Dari stasiun kami mengambil go-car. Meskipun ada tempat mengambil penumpang di stasiun, stasiun dikuasai oleh taksi koperasi. Jadi kami mengambil go-car di pinggir jalan. Tak mengapa. Rp. 30-ribuan sampai di hotel dengan go-car. Langsung cek in. Beberes. Shalat dan bisa berangkat makan malam janjian dengan mas Wasis.
Tempat yang kami kunjungi adalah Bakmi Jowo Bu Citro. Sampai di sana mas Wasis sudah menunggu. Maka saya langsung pesan bakmi godog (rebus) dan anak saya pesan bakmi goreng. Terus kami ngobrol juga dengan pemiliknya, pak Joko, yang menceritakan sejarah usaha bakminya yang dirintis oleh orang tuanya.
Secara makanan, ternyata lebih “plain” dari tempat-tempat lain. Nah ini dia, saya suka makanan yang plain. Kebanyakan restaurant atau kedai masakannya tajam-tajam bumbunya. Ini tidak. Langsung cocok. Meskipun yang lebih enak menurut saya adalah bakmi yang gorengnya, tapi yang godhog itu juga nikmat. Porsinya juga tidak kebesaran. Pokoknya pas.
Yang saya baru tahu bahwa orang Solo itu suka meracik teh. Teh di sini rasanya juga beda. Beda dalam artian ENAK! Rasanya tidak tajam dan tidak enteng juga. Pas lah. Cocok juga. Jadi puaslah. Recommended Bakmi Jowo Bu Citro.
Lepas dari sana kami ke Esensi Kopi untuk ngopi dan ngamen. He he he.
Besok paginya kami makan di Soto Pleret. Ini juga enak meskipun saya makan sedikit karena salah strategi. Paginya saya sarapan di hotel dulu. Biasanya hotel sederhana seperti Fave ini makanan sarapannya ala kadarnya. Eh, ternyata ini enak. Meskipun pilihannya tidak banyak, tetapi rasanya enak. Tidak biasa. Enak. Jadi saya yang tadinya hanya ingin nyobain, malah jadi sarapan beneran. ha ha ha. Walhasil pas di Soto Pleret saya hanya mencicipi punya anak saya. Enak juga. Tehnya? Enak juga. Jadi cocok juga ini Soto Pleret. Recommended juga.
Setelah dari sana kami kembali ke hotel. Beberes dan bekerja sebentar akhirnya kami putuskan makan siang mencari tengkleng. Saya bukan penggemar tengkleng, tetapi ada beberapa tempat yang disarankan. Wah malas cari tempat tersebut, maka kami cari tempat yang dapat kami datangi dengan jalan kaki. Ternyata ada, Warung mbakdiah.
Tengklengnya juga ternyata tidak tajam. Jadi enak. Satenya – yang 1 porsinya hanya 5 tusuk – agak terlalu liat dagingnya untuk saya. Mungkin karena kurang tebal dagingnya. ha ha ha. Tapi tengkleng yang biasanya saya tidak suka, ini oke. Secara total, enak. Recommended.
Dari sana kami mencari tempat ngopi yang bisa dipakai untuk kerja sampai sore. Saya harus meeting online dari jam 1 sd 3. Akhirnya kami putuskan ke Janji Jiwa yang tempatnya dekat ke sana. Jalan kaki mungkin hanya 10 menit kurang. Maka kami parkir di sana – kopi dan donat – sampai pukul tiga. Setelah itu kembali ke hotel. Istirahat sejenak. Pesan makanan di hotel dan malamnya menuju konser Dream Theater.
Demikianlah sedikit cerita tentang kuliner di Solo. Secara singkat, secara rasa (taste) cocok dengan lidah saya yang suka dengan makanan yang plain. Sukses kulineran di Solo.
(Tulisan ini akan saya update dengan foto-fotonya. Menyusul.)