AI-nya ChatGPT masih kacau

Yang sedang viral (hype) kali ini adalah ChatGPT, produk chat berbasis AI. (Bisa dilihat di sini.) Kita bisa mengajak mesin AI untuk berdiskusi. Hasilnya luar biasa. Banyak orang yang kemudian khawatir bahwa dia akan menggantikan banyak pekerjaan manusia. Kemungkinan sih iya. Bahkan kita bisa minta dia untuk membuat contoh kode program! Akhir dari pekerjaan manusia sebagai pemrogram (coder)? Tidak juga.

Ternyata AI masih memiliki kelemahan. Ini contohnya. Dia masih bingung untuk urusan besar kecil. Ha ha ha. Jadi jangan khawatir AI menggantikan manusia.

Mari kita coba cek kelemahan apa lagi dari si ChatGPT ini.

Absensi Online Semudah Selfie

Salah satu masalah dalam kehidupan dengan COVID-19 adalah kita harus berada di tempat-tempat kita sendiri. Work from Home (WfH). Bekerja dari rumah. Kuliah dari rumah. Dan seterunya. Bagaimana dengan masalah absensi? (Kata “absensi” ini sebetulnya kurang tepat, lebih tepatnya adalah kehadiran atau presensi, tetapi saya gunakan kata ini karena ini yang lebih umum digunakan.)

Kebayakan dari kita masih menggunakan absensi konvensional, yaitu tanda tangan di atas kertas yang diedarkan di kertas. Atau yang paling “maju” sekalipun adalah menggunakan mesin sidik jari. Sekarang mesin sidik jarinya di kantor / di kampus, sementara kita berada di rumah. Kalaupun kita berada di kampus, sekarang agak ngeri dengan menyentuh alat yang disentuh oleh banyak orang. Hiiii… ngeriii… Maka dibutuhkan solusi terhadap masalah ini.

Jangan khawatir. Sekarang sudah ada teknologi Artificial Intelligence (AI) yang dapat mengenali wajah sehingga kita dapat melakukan absensi dengan mudah. “Absensi semudah selfie” Nah. Bagaimana cara kerjanya? Berikut ini adalah video dari teknologi Face Recognition (FR) yang dikembangkan oleh Riset.AI (PT Riset Kecerdasan Buatan).

Sistem ini sudah digunakan oleh beberapa pihak. Di tempat saya sendiri, sistem ini digunakan untuk absensi setiap hari.

Seebuk

Banyak orang yang tidak percaya bahwa saya super sibuk. Kalau mengikuti kegiatan saya, bakalan gempor. Saya ambil contoh saja ya. Kemarin.

Acara saya dimulai pagi hari, pukul 9. Eh, ternyata acaranya pukul 8 pagi. Berarti saya harus berangkat 1 jam sebelum itu. Nah, kebetulan saat ini waktu Subuh di Bandung mendekati pukul 4 pagi. Jadi pukul 4 pagi saya sudah harus bangun. Acara workshop ini berjalan sampai pukul 5 sore, atau pukul 17.

Setelah acara tersebut, saya melanjutkan ke acara nonton dan diskusi film. Saya memilih film “I, Robot” karena terkait dengan Artificial Intelligence (AI). Di acara itu kami nonton film bersama dan kemudian membahas film tersebut. Acara ini berlangsung di IFI, di depan BEC Bandung. Acara itu berlangsung dari pukul 5 sore sampai pukul 21:30 malam. (Tentang acara ini nanti saya buat tulisan terpisah. Tapi nggak janji. ha ha ha.)

Sampai di rumah pukul 22:30. Jadi kegiatan saya itu dari pagi sampai malam. Selama itu saya tidak sempat membuka handphone saya. Jadi yang kirim WA / Telegram / dst. tidak akan saya baca.

Tidur mungkin hanya 5 jam kurang sedikit.

Hari berikutnya ya sama saja. Sibuk.

Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence)

Ada banyak teknologi “baru” yang muncul. Mereka disebut “emerging technologies”. Tidak semuanya akan sukses. Akan ada yang muncul dan kemudian menghilang, tetapi ada yang muncul dan membuat perubahan yang dahsyat dalam kehidupan kita.

Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence, AI – saya akan menggunakan singkatan AI dalam tulisan ini) merupakan salah satu teknologi yang akan membuat perubahan yang dahsyat. Sebetulnya AI ini bukan teknologi yang baru karena awalnya sudah dimulai pada tahun 1950-an. Yang membuat dia menjadi “baru” adalah karena adanya inovasi-inovasi di bidang lain – (mikro)elektronika, komputer, jaringan, storage, database, cloud computing – maka masalah-masalah yang dapat dipecahkan oleh AI menjadi masalah yang nyata. Dahulu dia hanya dapat memecahkan masalah mainan (dolanan) saja.

Dampak yang ditimbulkan oleh AI mirip (atau lebih hebat?) dari dampak yang ditimbulkan oleh mekanisasi / otomatisasi. Pekerjaan-pekerjaan yang rutin dan membosankan akan digantikan oleh mesin yang dilengkapi dengan kecerdasan buatan. Akibatnya lapangan pekerjaan yang dahulu menggunakan manusia akan tergerus. Akan ramai ini. Untuk poin ini saya tidak ingin membuatnya menjadi isyu yang keras karena nanti akan ada alergi kepada AI. Padahal kita harus menguasai AI sebelum AI menguasai kita atau AI produk dari negara lain yang menguasai kita.

Sejauh mana AI akan merasuk ke dalam kehidupan kita? Nampaknya saya harus membuat tulisan – atau video – yang lebih rinci lagi bahasannya. Mencari waktu …

Machine Learning: Pengenalan Wajah

Salah satu aplikasi dari Artificial Intelligence (AI) atau Machine Learning adalah dalam pengenalan wajah seseorang. Salah satu perusahaan saya (PT Riset Kecerdasan Buatan) sedang mengembangkan model untuk melakukan hal ini.

Salah satu langkah yang penting dalam machine learning adalah ketersedian data untuk pelatihan (training). Data ini yang akan digunakan untuk mendeteksi orang yang bersangkutan. Proses pengambilan data ini kami sebut proses registrasi. Ada banyak cara melakukan proses registrasi. Yang kami lakukan adalah dengan mengambil video dari orang yang akan dideteksi.

Berikut ini adalah video salah satu kegiatan kami dalam proses registrasi yang disebutkan di atas. Ini kami ambil ketika ProcodeCG sedang memberikan workshop tentang machine learning di Bandung Digital Valley (BDV).

Semoga video singkat ini dapat menunjukkan apa yang kami lakukan di perusahaan kami.