Beres Baca Satu Buku Lagi

Baru beres membaca satu buku lagi. Asyik. Bisa dilanjutkan dengan buku berikutnya.

DSC_2778 buku

Ada sedihnya juga. Buku yang baru selesai saya baca, dilihat dari jumlah halamannya, termasuk tipis (80-an halaman). Namun untuk menyelesaikan membaca buku ini saja saya membutuhkan waktu hampir satu bulan. Baca, berhenti, baca lagi, dan seterusnya. Ternyata kecepatan membaca saya sudah berkurang. Alasan saya sih karena kesibukan, tetap mungkin ada banyak alasan lain seperti misalnya buku yang dibaca kurang menarik.

Iya, buku-buku sekarang jarang yang sangat menarik sehingga tidak bisa berhenti membaca. Dahulu, sering saya tidak bisa berhenti membaca buku. Bisa-bisa buku yang hanya 80 halaman ini selesai dalam satu hari.

Tidak mengapa. Dinikmati saja. Sekarang bersiap-siap membaca buku-buku berikutnya.

Sabtu Yang Produktif

Pagi ini, Sabtu pagi, saya memulai hari dengan melakukan backup komputer. Rencananya memindahkan data dari berbagai disk di komputer ke backup disk 2 TB. Dugaan saya jumlah data yang harus dibackup lebih dari 1 TB. Masalahnya proses ini dilakukan melalui USB yang agak lambat. Jam-jaman lah waktunya. (Ketika membuat tulisan ini, di belakang layar sedang terjadi proses backup.)

Sebetulnya seharusnya pagi ini ada main sepak bola di lapangan besar, tetapi nanti sore saya ada futsal dan nanti malam akan ada pertemuan yang akan menyita waktu dan tenaga. (Lewat tengah malam.) Terpaksa tidak ikutan sepak bola.

Sekarang saya sambil membereskan materi kuliah, web, data insan music, dan juga akan melanjutkan menulis laporan (tentang e-commerce). Pokoknya semuanya harus saya kerjakan pagi ini. Padahal di luar cuacanya begitu indah. Beautiful morning in Bandung. duh. Mendingan berjemur di luar saja.

Atau, alternatif lain adalah membawa. Ada banyak buku baru yang saya peroleh karena kemarin menunggu toko buka di BEC dan mampir ke Gramedia. Pulangnya bawa buku. Hadoh. Kapan bacanya ya? Yang membuat saya galau adalah saya merasa kalau membaca itu tidak produktif. Menghabiskan waktu yang seharusnya dapat digunakan untuk menulis. Bagaimana nih?

25906487520_bdba7871d0_o

 

Buku (Catatan) Teknis

Dalam keseharian  ada banyak hal yang harus saya lakukan, mulai dari menjadi administrator sistem sampai ke programmer. Ditambah lagi, saya sebagai pengguna. Ada beberapa banyak hal yang harus saya kuasai.

Selain membaca manual, saat ini banyak tempat di internet untuk mencari jawaban. Bahkan membuka situs “stackoverflow” sering dianggap sebagai cara standar untuk mencari jawabab, bukan membaca manual. ha ha ha.

Permasalahan saya adalah saya mudah lupa. Jadi, misalnya saya sudah bisa ngoprek database MongoDB kemudian beberapa waktu kemudian saya lupa apa yang saya lakukan. Hanya sekedar untuk membuka database saja saya sudah lupa. Untuk mencari tahu, bisa cari di internet lagi, tetapi ini butuh waktu dan internet yang bagus.

Nampaknya saya harus membuat buku catatan sendiri. Catatan sendiri ini bagusnya juga dibuat tersedia untuk orang lain agak dapat dimanfaatkan juga. Dengan kata lain, saya harus membuat buku. Nah ini dia masalahnya. Saya kebanyakan mikir untuk membuatnya. Misalnya, saat ini saya sedang mencari LaTeX styles yang pas untuk buku saya. Ini lagi baca-baca tanya jawab di internet (tex.stackexchange.com – ha ha ha). Soalnya kalau bukunya jelek juga nggak menarik untuk dibaca diri sendiri.

Sekarang lagi baca manual dari “memoir style”. Mau nulis mesti baca manual dulu. Kelamaan ya?

Jreng ah!

Panduan Membuat Start-Up

Dalam start-up saat ini ada istilah MVP, minimum viable product, yang menyatakan sebuah produk siap untuk diluncurkan. Membuat buku ternyata juga sama.

Ada banyak draft buku yang saya buat. Sebagian besar sampai sekarang masih dalam status draft meskipun sudah bertahun-tahun. Alasannya adalah saya merasa buku-buku tersebut belum siap untuk diterbitkan.

Untuk kali ini, buku tentang Start-up, saya putuskan MVP-nya adalah yang sekarang. Selamat menikmati versi 0.8 ini.

Buku ini akan saya perbaharui secara berkala. Link dari buku yang terbaru akan saya pasang di sini.

Buku Baru

Baru dapat satu buku baru lagi, Bill Bryson – Down Under, dari Hafiz. Thank youuu…

Sudah lama saya ngincer buku karangan Bill Bryson, tapi selalu saja tidak jadi beli. Yang hampir terbeli adalah “The History of Everything“. Akhirnya dapat juga salah satu bukunya Bill Bryson ini. Mari kita cek, asyik atau tidak bukunya.

IMG_8777 down under

Baru beberapa halaman di depan yang terbaca. Kayaknya asyik juga nih. Baca dulu ya …

Bacaan Yang Pantas Dibaca

Ada berapa buku yang diterbitkan setiap harinya? Saya tidak tahu statistiknya. Semestinya banyak. Dari buku-buku yang diterbitkan ini, berapa persen yang bagus dan layak untuk dibaca? Nah, ini lagi-lagi saya tidak tahu, tetapi saya menduga jumlahnya tidak banyak. Ini berdasarkan pengalaman pribadi dikecewakan membeli buku. Mungkin ketidaksukaan saya pada beberapa buku adalah masalah selera, tetapi saya yakin memang banyak buku yang tidak layak untuk dibaca. Memboroskan waktu saja.

Bagaimana mencari buku yang pantas dibaca? Untuk itu ada beberapa situs yang memberikan resensi dari para pembaca buku. Bukan dari penerbit / penjual buku. Review dari mereka dapat membantu kita memilih buku yang pantas dibaca.

Sekarang dengan teknologi informasi (IT) makin banyak bahan bacaan lagi. Ada banyak blog, situs, situs berita, dan juga media sosial. Dari ini semua, seberapa banyak yang memang pantas untuk ditukarkan dengan waktu kita? Saya yakin, tidak banyak. Lantas, mengapa kita masih membuang waktu kita untuk membaca, mengomentari, dan bahkan mencari bacaan yang tidak manfaat itu?

Carilah bacaan yang manfaat, yang membuat kita menjadi lebih baik dan bahagia. Bukan bacaan yang membuat kita marah-marah, meningkatkan tekanan darah, dan membuat permusuhan. Lebih baik cari bacaan yang positif lah. Memang tidak banyak, tetapi ada. Hargai waktu kita.

Rekomendasi Buku

Kalau dahulu, mencari buku itu susah. Apalagi bagi kita yang tinggal di Indonesia. Fasilitas perpustakaan di Indonesia jauh ketinggalan daripada perpustakaan di luar negeri. Eh, sekarang juga masih demikian kondisinya. Kita hanya bisa ngiler melihat ketersediaan buku-buku di perpustakaan di luar negeri. Selain perpustakaan, toko buku di luar negeri juga jauh lebih baik daripada toko buku di Indonesia. Intinya, kita sulit mendapatkan buku yang bagus-bagus.

Sekarang, dengan adanya internet, kesulitan untuk mendapatkan bahan bacaan sudah sangat berkurang. Permasalahan sekarang justru di sisi ekstrim yang lain, yaitu terlalu banyak bahan bacaan. Tidak semua bahan bacaan tersebut bagus dan pantas ditukar dengan waktu yang kita “buang” untuk membaca buku tersebut. Masalah sekarang adalah memilah bacaan yang bagus di tumpukan bahan bacaan.

Kesulitan mendapatkan buku yang bagus (dahulu) dipecahkan dengan membuat klub buku (book club). Di situ kita bisa bertukar buku. Setidaknya kehausan akan bahan bacaan dapat dikurangi dengan klub tersebut.

Permasalahan memilah buku mana yang pantas dibaca dipecahkan dengan meminta bantuan orang lain untuk memberikan saran atau rekomendasi. Rekomendasi ini dapat dilakukan secara manual atau secara otomatis. Atau, kita juga dapat melihat buku-buku yang dibaca orang lain melalui berbagai situs rekomendasi buku. Setidaknya mekanisme ini dapat mempermudah proses filtering.

Secara berkala nampaknya kita perlu bertukar daftar buku yang sedang kita baca.

Buku Dan Perjalanan

Ternyata salah satu cara yang efektif untuk membaca buku adalah dalam perjalanan. Ada banyak buku yang belum berhasil saya baca. Seringkali buku bagus di depannya, kemudian mulai membosankan. Akibatnya buku tersebut berhenti dibaca. Yang seperti ini ada banyak di koleksi saya. Bingung saya, bagaimana menyelesaikannya. Eh, apa memang perlu diselesaikan? Kadang memang harus diselesaikan. Hanya saja saya harus mencari motivasi untuk menyelesaikannya.

Perjalanan sering memiliki jeda. Menunggu pesawat, kereta api, dan transportasi umum lainnya memberikan kesempatan kepada kita untuk membaca. Tentu saja, jeda waktu ini dapat disisi dengan … tidur. ha ha ha. Di dalam kendaraan juga memungkinkan kita untuk membaca. Itulah sebabnya saya lebih suka naik kereta api dibandingkan dengan naik mobil. Di kereta api saya dapat membaca buku.

Tulisan ini juga ditulis pada saat jeda di perjalanan. Ini ditulis di hotel. Mau baca buku lagi ah.

(Rak) Buku

Saya sering kagum melihat rumah / kantor orang yang rapi. Khususnya koleksi bukunya. Soalnya, buku-buku saya bertebaran di mana-mana. Kalaupun saya simpan dalam lemari (rak), mereka tidak tersusun rapi. Berantakan juga. Ini contohnya. hi hi hi.

IMG_3850 rakbuku 1000

Oh ya. Ini termasuk bagian yang rapi. hi hihi. Bagaimana yang tidak rapinya? Ah, yang penting bukunya bisa dibaca.

Rayuan Buku

Wahai buku-buku,
Aku tahu apa yang kalian perbuat
Kalian bersekongkol
Merayu kami
Untuk sekedar melihat-lihat
Memungut
Kemudian membawa kalian pulang
(dan mengucapkan selamat tinggal
kepada uang yang sebelumnya menghuni dompet)

IMG_3619 books 1000

Draft Buku Tentang Twitter

Baru saja saya upload draft tulisan (buku) tentang Penggunaan “Twitter Yang Baik Dan Benar“. Silahkan unduh dari tempat berikut:

http://www.scribd.com/doc/169350630/Twitter-Baik-dan-Benar

Selamat menikmati.

Oh ya, saya masih mencari tempat lain untuk upload draft buku ini. Ada saran? (Maunya yang bisa menimpa versi lamanya supaya versi yang terbaru yang didownload.)

Di Sebuah Toko Buku

Tak tahan aku melihat toko buku pagi ini. Seharusnya aku tidak ke sana, tetapi kaki langsung melangkah memasukinya. Mata langsung menikmati serakan buku. Sampul buku yang berwarna-warni mencari perhatianku.

IMG_0947 bookstore

Ijinkan aku menikmati semuanya ini.

Tangan mendekap erat dompet di saku celana. Berharap uang tidak menyelinap keluar, menukarkan diri dengan buku.

Harapan tinggal harapan. Tiga buku berpindah dari tumpukan ke kantong plastik yang kujinjing. Ah, seharusnya tadi tidak perlu dimasukkan ke dalam kantong plastik. Semoga manfaat.

Buku Kuning

Ini bukan tentang kitab yang terkenal itu. Ini tentang buku-buku saya yang kertasnya mulai berubah menjadi kuning dan berjamur. Lihat saja fotonya di bawah ini.

CIMG5233 buku kuning 1000

CIMG5236 buku kuning 1000

Ya memang ini salah saya juga karena membiarkan mereka dalam lemari di luar. Habis bagaimana lagi? Lemari-lemari di dalam sudah penuh dengan buku-buku yang lain. Bagusnya eBooks adalah mereka tidak bakalan mengalami kasus kertas menjadi kuning ini. hi hi hi.

Maafkan aku wahai buku … 😦

Sialan Salman!

Entah kenapa, dua buku yang terakhir saya miliki – “at-twitter” dari Pidi Baiq dan “Sialan Salman!” dari Salman Aditya – ternyata ditulis oleh orang-orang yang “sinting”. (Punten ah.)  Yang saya maksud dengan sinting di sini sebetulnya lebih ke arah mbeling, aneh, lucu, kacau, dan hiperbol. Hmmm… jangan-jangan memang mereka sesungguhnya memang memliki kelainan dalam artian sebenarnya. hi hi hi.

CIMG4653 salman 1000

Pertama, tentu saja judulnya sudah menimbulkan pertanyaan. Siapa Salman? Dan kenapa sialan? Untuk pertanyaan pertama gampang jawabannya. Siapa Salman? Ya dia yang menulis buku ini Salman Aditya. Tadinya saya berpikir ini tentang Salman yang namanya diabadikan jadi nama masjid di kampus ITB. Eh, jangan-jangan memang ide nama Salman ini datang dari sana juga karena bapaknya Salman – yang Aditya lho, bukan yang orang Persia – itu dosen ITB. Yang membuat saya heran adalah bapaknya itu orangnya serius, anaknya kok bisa jadi kayak gini ya? he he he. Ampun pak dosen 🙂

Kedua, saya sering heran dan kagum terhadap kemampuan orang memilih kata-kata. Ada buku yang pemilihan kata-katanya indah. Kalau buku yang ini, pemilihan kata-katanya mbeling, aneh, lucu, kacau, dan hiperbol. he he he. Ini yang justru membuatnya menjadi seru. Otak kita dibawa ke arah yang tidak lazim. Saya yakin otak mereka memang agak miring sehingga dapat melihat kata-kata di kamus yang memang hanya bisa dilihat kalau agak miring. Kalau yang ajeg kayak saya ini munculnya kata – eh, data – yang membosankan. Sialan!

Maka sialan Salman pun menjadi sebuah cerita komedi yang seru.

Oh ya, more thing, karya-karya yang kreatif seperti ini harus dihargai, didukung. Encourage them to create more. Kalau kata orang Sunda, “sok dibeli atuh”.

Mau tahu lebih banyak tentang buku ini? Silahkan lihat di sialansalman.com/books

at-twitter memang lucu …

Beberapa hari yang lalu secara tidak sengaja saya melihat buku “at-twitter” di sebuah toko buku. Ini buku karangan Pidi Baiq, dosen lulusan Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) ITB yang kocak itu. Lihat saja sampul bukunya.

at-twitter: Google menjawan semuanya, Pidi Baiq menjawab semaunya”

Foto1993 at-twitter 1000

Buku ini berisi kumpulan tulisan / twit Pidi Baiq (@pidibaiq). Dia diberi judul “at-twitter” supaya agak bernuansa seperti kitab penting. Jadi mengingatkan saya akan surat at taubah. he he he.

Tadinya saya pikir isi bukunya ringan-ringan dan bisa dibaca cepat. Yaah seperti buku humor yang banyak beredar. Sekedar tahu sajalah. Apalagi ini kan hanya koleksi twit yang maksimum 140 karakter saja.  Eh, ternyata isinya = meskipun lucu – berbobot juga. Maksudnya, humornya itu humor yang berat yang pakai mikir. Just the way I like it. Witty.  Berikut ini beberapa contoh isinya.

Bagiku, meja, lemari, buffet, sofa, untuk apakah kubeli? Untuk mengatur ruangan agar pembantuku tidak terlalu luas mengepel!

Aku juga rindu, pagi-pagi diam di balik pohon di taman depan rumahku. Menunggu tukang korang melempar koran untuk kuambil, lalu kulempar lagi ke dia.

Aku juga rindu bawa gitar menemui pengamen di depan rumahku. Mengiringi dia menyanyu. Bayarannya dibagi dua lalu dia ketawa. Aku tidak. Aku serius.

Terus terang, saya nyengir sendiri membayangkan hal-hal di atas itu. hi hi hi. Jahil banget.

Ada orang yang berusaha keras untuk menjadi lucu. Dan ada orang yang memang lucu. Pidi Baiq ini masuk kategori yang terakhir. Memang lucu. he he he. Buku memang pantas untuk dibeli.