Entah kenapa, dua buku yang terakhir saya miliki – “at-twitter” dari Pidi Baiq dan “Sialan Salman!” dari Salman Aditya – ternyata ditulis oleh orang-orang yang “sinting”. (Punten ah.) Yang saya maksud dengan sinting di sini sebetulnya lebih ke arah mbeling, aneh, lucu, kacau, dan hiperbol. Hmmm… jangan-jangan memang mereka sesungguhnya memang memliki kelainan dalam artian sebenarnya. hi hi hi.

Pertama, tentu saja judulnya sudah menimbulkan pertanyaan. Siapa Salman? Dan kenapa sialan? Untuk pertanyaan pertama gampang jawabannya. Siapa Salman? Ya dia yang menulis buku ini Salman Aditya. Tadinya saya berpikir ini tentang Salman yang namanya diabadikan jadi nama masjid di kampus ITB. Eh, jangan-jangan memang ide nama Salman ini datang dari sana juga karena bapaknya Salman – yang Aditya lho, bukan yang orang Persia – itu dosen ITB. Yang membuat saya heran adalah bapaknya itu orangnya serius, anaknya kok bisa jadi kayak gini ya? he he he. Ampun pak dosen 🙂
Kedua, saya sering heran dan kagum terhadap kemampuan orang memilih kata-kata. Ada buku yang pemilihan kata-katanya indah. Kalau buku yang ini, pemilihan kata-katanya mbeling, aneh, lucu, kacau, dan hiperbol. he he he. Ini yang justru membuatnya menjadi seru. Otak kita dibawa ke arah yang tidak lazim. Saya yakin otak mereka memang agak miring sehingga dapat melihat kata-kata di kamus yang memang hanya bisa dilihat kalau agak miring. Kalau yang ajeg kayak saya ini munculnya kata – eh, data – yang membosankan. Sialan!
Maka sialan Salman pun menjadi sebuah cerita komedi yang seru.
Oh ya, more thing, karya-karya yang kreatif seperti ini harus dihargai, didukung. Encourage them to create more. Kalau kata orang Sunda, “sok dibeli atuh”.
Mau tahu lebih banyak tentang buku ini? Silahkan lihat di sialansalman.com/books