Pemain Bola Brewokan

giroud

Entah kenapa, sekarang saya melihat ada beberapa (banyak?) pemain sepak bola yang brewokan. Contohnya seperti Olivier Giroud di gambar samping ini. (Foto saya ambil dari games FIFA 18.)

Tulisan ini saya buat sambil nonton pertandingan bola piala dunia antara Denmark dan Australia. Pas Australia mendapat kesempatan untuk membuat gol melalui titik penalti. Pemain yang mengeksekusi penalti, Jedinak, juga brewokan seperti Giroud. ha ha ha.

Ini mengingatkan saya akan penampilan Band ZZ Top yang jenggotnya panjang banget. Super keren. Ha ha ha.

zz-top

Ini menjadi pembenaran bagi saya untuk brewokan. ha ha ha.

Telo yang tidak Let

Ok, ok, ok. Sekarang semua orang sedang wabah “Om Telolet Om”. Bukan hanya di Indonesia saja, sampai ke luar negeri. Cadas sekali.

Saking banyaknya, sampai saya sebel. Saya buat saja meme seperti ini.

15541988_10154140729471526_8872625022606398657_n

Sebetulnya dari segi desain, seharusnya saya tulis “om telo …”. Sebelum Robin selesai mengucapkan katanya sudah keburu digampar Batman. Seharusnya begitu, tetapi saya teringat akan kata “telo”.

Jaman saya dahulu, kata “telo” digunakan sebagai kata yang agak sedikit makian tetapi berkesan akrab. Kamu telo. Gitu kira-kira. Jadi kalau saya buat “Om Telo …”, nanti dikira Robin sedang mencoba sok akrab atau memaki Batman. Bakalan digampar dua kali kalau begitu. he he he. Itu cerita soal design decision.

Sekarang jaman sudah berubah. Kalau saya sebut kata “telo”, pasti yang terbayang oleh anak sekarang adalah “telolet”. Maka kalau ada yang berkata “telo”, pasti akan dilanjutkan dengan “let”.

Okay? Gak pakai telolet ya …

Kecerdasan Buatan

Nampaknya ada pasar baru, yaitu pasar kecerdasaan buatan. Artificial Intelligence (AI). Pasalnya, kecerdasaan yang bawaan kebanyakan orang sudah tidak berfungsi. hi hi hi.

Membedakan tulisan atau berita bohong (hoax) saja sudah tidak bisa. Padahal ini kecerdasan yang paling minimal.

Maaaaaaapppppppp … kalau ada yang tersinggung.

Soto Jakarta

Sebuah percakapan di restoran kemarin siang

Saya: mbak pesan Soto Jakarta
Pramusaji: ??? nggak ada, pak
Saya: habis?
Pramusaji: kita gak jual Soto Jakarta
Saya: lah. biasanya kan ada
Pramusaji: [bingung … tak lama kemudian, ting … nemu]
Pramusaji: Soto Betawi, maksudnya pak?
Saya: iya. itu … Betawi, Jakarta, sama saja kan? Satu ya.
Pramusaji ngeloyor. Dalam hatinya dia mungkin berkata, bapak satu ini perlu ditampol juga dengan nampan ini.

[Ini cerita fiktif saja, tapi nyaris terjadi. Serius lho. Saya pikir namanya Soto Jakarta.]

Kaleng Tidak Menipu

Biasanya kalau melihat kaleng cookies, orang masih ragu-ragu. Isinya apa? Apakah betul-betul cookies atau sudah berganti menjadi rengginang. Atau bahkan isinya adalah jarum, benang, dan alat-alat untuk menjahit lainnya. hi hi hi.

Tadi saya buka kaleng ini.

P_20160804_171056-01

Alhamdulillah. Isinya masih cookies. (Meskipun hampir habis juga.) hi hi hi …

Kaleng tempat cookies ini memang klasik di Indonesia.

Ini Pokemon Ku

Sekarang sedang heboh aplikasi permainan Pokemon Go. Banyak sekali orang yang menggunakan aplikasi tersebut meskipun secara resmi belum beredar di Indonesia. Saya sendiri tadinya mau ikutan pasang dan main, tetapi kata anak saya jangan dulu. Nanti kalau banyak yang melanggar, Indonesia bisa diban sama mereka. Jadinya belum main.

Nah, mainan “Pokemon” yang selalu saya mainkan adalah ini … hi hi hi.

IMG_0890

Sebetulnya permainan ini namanya Onet. Pasti banyak yang sudah tahu ya? Mainnya adalah mencocokkan gambar yang sama bersebelahan. Kebetulan saja gambarnya adalah Pokemon. (Sebetulnya ada gambar yang lain, tetapi saya memilih yang Pokemon. Saya sudah bertahun-tahun memainkan permainan ini di iPad saya. hi hi hi.

Gak mau kalah, saya juga main “Pokemon” kok. Tapi bukan yang “Go”. hi hi hi.

Hiber: Platform Sharing Pesawat

Lagi kepikiran untuk buat start-up berbagi (sharing) pesawat. Kalau sekarang Anda sudah menggunakan Uber untuk berbagi penggunaan mobil, maka Hiber merupakan platform yang sama tetapi untuk pesawat terbang. Anda bisa berbagi menggunakan pesawat terbang pribadi. Asyik kan?

Tertarik? Ayo ikut investasi …

Catatan: “hiber” dalam bahasa Sunda artinya “terbang”

Balada Dosen

Hari ini, Rabu, saya bisa leha-leha di rumah. Biasanya jam 7 saya sudah harus di kelas. Gara-gara gerhana matahari – bukan, ding, ini hari libur Nyepi – maka hari ini kampus diliburkan. Saya bisa leha-leha di rumah. (Sebetulnya nanti harus kerja juga.)

Kalau tidak ada kuliah, mahasiswa bersorak sorai.

Jangan bilang siapa-siapa ya. Ini rahasia kita-kita saja. Dosen juga sebetulnya senang kalau tidak mengajar. he he he.

HOREEE …

Besok?

Programmer kalau sedang membuat program (koding) sering lupa waktu. Untungnya ada badan yang sering mengingatkan bahwa sudah lelah. Waktunya untuk istirahat. Tapi ada juga programmer yang nekad tetap bekerja dengan menggunakan minuman supplemen.

Semalam saya mau melanjutkan koding, tapi saya lihat sudah jam 1 malam. Lanjutkan besok saja. Eh, bukannya ini sudah besok? Bingung.

Kalau jam 1 malam itu apa tepat disebut “jam 1 malam” atau “jam 1 pagi” ya? Kalau melihat gelapnya, bisa disebut malam. Tapi, kan sudah lewat dari jam 12 – tengah malam. Jadi mestinya bisa disebut juga pagi. hi hi hi.

Kalau bahasa Inggris, ini tidak membingungkan karena ada “AM” dan “PM”. Dalam kasus saya, itu jam “1 AM”. Kalau yang siang, namanya jam “1 PM”. Tidak ada jam “1 morning”. he he he.

Nah soal “besok” itu juga bisa kita persoalkan. Ukuran besok kan hari. Nah kalah jam “1:00 AM” kan sudah beda hari (dari waktu mulai, sebelum jam 00:AM). Jadi semestinya bukan “besok”. Mestinya, dilanjutkan nanti. Gitu saja ya. he he he.

Salah Lokasi (Lagi)

Beberapa hari yang lalu ada sebuah media yang mau mewawancara saya. Mulailah diskusi mengenai jadwal dan tempat ketemuannya.

Jam sekian saya ada di sini
“Kalau waktu lainnya?”
Bisanya setelah saya futsal. Jadi mungkin setelah jam 7 malam lah
“Futsal dimana, pak?”
Futsal di YPKP
“Oh itu di daerah PIK, ya pak?”
PIK? Apa itu?
… [terdiam] …

Setelah saya pikir-pikir, PIK itu kan Pantai Indah Kapuk (PIK). Tapi, itu kan di Jakarta? Eh, bentar. Saya tanya lagi ah.

Mbak, saya di Bandung.
“Ooo, saya kira pak Budi di Jakarta”

Ha ha ha. Ngakaklah saya. Kejadian lagi deh. Diskusi soal tempat ketemuan, tapi ternyata kita membicarakan tempat di kota yang berbeda. Silahkan baca kasus lama saya di Balada Jalan Sudirman. Ha ha ha.

Sumpah Blogger

Saya baru tahu kalau tanggal 27 Oktober dinyatakan sebagai Hari Blogger Nasional. Sebetulnya dulu sempat tahu tetapi sekarang lupa. Saya pikir tadinya semua orang sudah lupa karena blogging sudah mulai ditinggalkan orang dan digantikan dengan tulisan singkat di media sosial. Mungkin orang seperti saya, yang masih menulis blog termasuk yang langka ya? hi hi hi. Saya masih rajin ngeblog sejak tahun 2002. Sudah 13 tahun! Wuih.

Sementara itu hari Sumpah Pemuda, tanggal 28 Oktober, saya masih ingat. Ini karena dahulu waktu SD sering ditanya di soal ujian. ha ha ha. Jadi saja hafal sampai sekarang.

Kalau disatukan, maka jadilah hari “Sumpah Blogger”. he he he. Ngarang saja. Isinya juga tidak tahu apa. Silahkan kasih usulan.

Sumpah Blogger

Kok Dosen Tahu?

Kadang ada mahasiswa yang mau menipu (ngibulin) dosen dengan tugas-tugasnya. (Hal yang serupa dengan siswa dan guru.) Tentu saja modus seperti ini seringkali ketahuan. Sang mahasiswa bertanya-tanya, kok dosennya tahu?

Untuk menjawab pertanyaan itu, saya tampilkan foto (yang lucu) ini.

anak nyalahin dog

Dialog yang terjadi mungkin seperti ini.

Orang tua: Hadoh biyuuung. Siapa yang corat-coret?
Anak: Emm … bukan aku. Dia (sambil nunjuk doggy)
Doggy sambil mendhelik: (aje gile busyet, teganya mas bro)

Tentu saja bagi orang tua akan gampang mengetahui kejadiannya. Sementara bagi sang anak, heran banget. Bagaimana orang tua saya kok tahu? Kira-kira hal yang mirip seperti ini terjadi antara mahasiswa dengan dosen.

Nah. Lain kali jangan coba-coba nipu dosen atau guru ya.

Puasa dan Berat Badan

Ini pertanyaan yang berulang. Mari kita tanyakan lagi. Di bulan puasa ini, berat badan Anda apakah

  1. turun;
  2. tetap;
  3. tambah?

Dahulu saya selalu berasumsi bahwa berat badan kita pastinya akan turun. Logikanya kan kita puasa. Biasanya makan banyak dan sering, sekarang dikurangi. Jadi seharusnya berat badan kita turun.

Kenyataannya, saya pribadi biasanya menemui kondisi nomor 2 yaitu berat badan tidak berubah. Saya tidak tahu alasan sesungguhnya, tetapi dalam karangan saya ini terjadi karena badan menyesuaikan dengan pola makan kita. Boleh jadi kita mengurangi jumlah yang kita makan di bulan puasa, tetapi aktivitas kita juga berkurang. Walhasil, ya berat badan tetap saja.

Saya pernah mengalami penambahan berat badan di bulan puasa. Gak puasa kali ya? Puasa! Demi Allah. (he he he. Mesti pakai sumpah segala.) Heran juga kenapa kok bisa nambah. Mungkin karena sadar puasa maka ada ketakutan kurang gizi jadi makan tambah banyak? Rasanya tidak juga. Alasan yang memungkinkan adalah pada bulan lain jam makan saya tidak teratur. Karena merasa bisa makan kapan saja, maka jadwal makan saya kacau balau. Ada yang makan siangnya telat (karena kesibukan) sehingga berakibat makan malam yang lebih telat sehingga badan bingung. Belum lagi apa yang dimakan gak karu-karuan. Maklum merasa bahwa pola makan bisa diperbaiki kapan saja meskipun tidak dilaksanakan juga. Bulan puasa menuntut saya lebih tertib dalam jam makan dan apa yang dimakan. Hasilnya, berat badan malah naik. Nah.

Kalau Anda bagaimana?