Cars – Atensi ke Detail

Baru saja saya nonton film Cars lagi. Itu lho, film kartun tentang mobil balap buatan Pixar. Kebetulan di TV ditampilkan. (Sebetulnya ada cerita lucu mengenai ini. Saya sedang memutar DVD-nya dan istri saya bilang, lho di TV kan sedang diputar juga film Cars itu. Hah? Yang bener? Saya cek di TV, ternyata memang benar. Langsung saya menuju TV.)

Alasan saya menonton film ini lagi adalah karena adanya iklan film ini di salah satu channel TV berlangganan, saya lupa yang mana. Iklannya bukan sekedar iklan, melainkan cerita mengenai bagaimana film Cars tersebut dibuat. Yang “mengerikan” adalah banyaknya detail yang ada di sana. (Jadi teringat tulisan mas Yockie tentang detail.)

Diceritakan dalam acara tersebut bagaimana sulitnya mereka mempersonalisasi mobil. Bayangkan, mobil kan tidak punya tangan. Bagaimana cara mereka menayangkan “kegiatan manusia” (seperti bertelepon, mengambil barang, dan sejenisnya) tanpa menggunakan tangan? Selain itu ada masalah lain. Permukaan dari mobil (catnya) mengkilat. Berarti ada kondisi dimana kadang bagian dari mobil menjadi cermin dari lingkungan sekitarnya. Wah, renderingnya luar biasa.

Diceritakan juga bagaimana alur dari cerita disajikan dahulu dalam bentuk sketsa. Ide kemudian di-pitch-in (apa ya bahasa Indonesianya?). Setelah disetujui baru digambar dengan sungguh-sungguh. Pokoknya saya terkagum-kagum dengan keseriusan mereka dalam menggarapa film kartun ini. Katanya empat tahun ya membuat film ini. Luar biasa, empat tahun!

Gara-gara itu semua – dan banyak lainnya lagi – saya jadi ingin menonton ulang. Maka, saya sempatkan menonton ulang film Cars ini. Saya ingin tahu apa yang diceritakan di atas. Memang benar luar biasa atensi terhadap detailnya. Itulah sebabnya mereka sukses; passion dan atensi terhadap detail. Wah, susah bagi kita untuk mengikuti jejak mereka. Bukan berarti tidak bisa lho.

Oh ya, bagi Anda yang jeli, coba perhatikan bagian akhir dari film ini. Ada bagian dimana beberapa mobil nonton film, “toy story“, “a bugs life“, “monster inc.“. Ha ha ha. Saya tertawa ngakak sendirian. Tidak bohong. Lucu sekali idenya. (Coba ceritakan apa yang saya maksud.) Pixar memang selalu lucu seperti itu. Masih ingat “aku tak tahu namu – the story behind“? hi hi hi. Memang idenya saya pinjam dari sana. Eits, bukan dari film ini ding, tapi dari filmnya Pixar yang lain (yaitu Monster, Inc.). Garing nggak? hi hi hi.

11 pemikiran pada “Cars – Atensi ke Detail

  1. Oh ya, bagi Anda yang jeli, coba perhatikan bagian akhir dari film ini. Ada bagian dimana beberapa mobil nonton film, “toy story“, “a bugs life“, “monster inc.“.

    itu salah satu asyiknya film kartun
    bebas.., digado-gado tetap enak

    (^_^)

  2. Pak Budi, hampir di semua film Pixar, selalu kait mengkait dengan film sebelumnya. Misalnya di film Monster Inc, ada bagian dimana terlihat tokoh kakek tua pemain solo catur. Atau ada pajangan yang berisi gambar tokoh Finding Nemo. Sementara di Finding Nemo, ada tokoh yang juga keluar di film boneka koboi.

    Saya juga melihat mini film yang menyertai setiap film utama. Kalau di film Cars ini, judulnya Mater and Ghost Light. Itu lo, si mobil derek tua bergigi “lebih”. 🙂 Lucu deh Pak. Ceritanya tentang si Mater yang takut sama “Setan Mobil” bernama Ghost Light. Ini sebenarnya cuma karena kejailan mobil-mobil lainnya, buah kejailan dari si Mater juga. Atau, yang paling saya suka adalah yang berjudul Bouncing. Saya lupa, ini mengikuti film utama yang mana (mungkin Finding Nemo) tapi critanya bagus dan menyentuh. Yang terbaru, AFAIK, judulnya Lifted mengikuti film Rattatouille.

  3. “”Oh ya, bagi Anda yang jeli, coba perhatikan bagian akhir dari film ini.””

    Saya komentar di akhir tulisan ini saja, idenya nggak garing pak, idenya banyak seperti posting di “mencari ide” yang kemarin ditayangkan.

  4. Ya, pixar emang jago di animasi. Aku liat pixar pertama di Finding Nemo. jadi kalo cari pelem animasi pasti ke “Pixar bukan?”. Gih, fanatik kali..

  5. @atmo4th:
    Banyak… Contohnya Homeland (dan setelah itu studio Kasatmata — yang saat itu masih mahasiswa semua, langsung dituntut atas pelanggaran hak cipta oleh perusahaan s/w-nya… hihihi.. eh sebenarnya kata mereka gara2 penjualan vcd). Trus film Maskot (aku suka dengan adegan bendungan jebol di akhir cerita). Tentu saja masih ada film2 kartun independent yang bergerilya lewat festival2 seperti konfident, hellofest, dsb.

    Zlamzani:
    Kalau yang dimaksud adalah film kartun 3d secara utuh, pemain besarnya adalah Pixar, Disney TSL (Dinosaur, Chicken Little), dan Dreamworks (Shrek). Tapi kalau yang dimaksud adalah efek2 3D, pemain2 besarnya adalah ILM (Star Wars, Terminator 2), Weta (King Kong, LoTR), Sony Picture Imageworks (Spiderman, Beowulf), dan eerr.. siapa lagi yah?

    Kembali ke Pixar:
    Pixar, selain punya pengalaman paling lama (selain ILM tentunya.. tapi Pixar yang film murni 3D pertama kali, Toy Story), mereka juga punya s/w sendiri untuk render bernama Renderman.

    Studio2 besar lain, selain menggantungkan diri pada s/w yang mereka pakai, mereka biasanya juga bikin skrip untuk meningkatkan efek realistis. Sony Pictures Imageworks pakai algoritma apa-gitu (lupa namanya..) buat efek api di kepalanya Ghostrider atau bikin simulasi dulu untuk membuat manusia pasir di Spiderman 3. ILM, membuat simulasi banjir dulu sebelum membuat animasi The Day After Tomorrow (dan ILM adalah yang paling awal membuat animasi air, dari zaman The Abbys, Titanic, hingga Pirates of Caribbean).

    Jadi jujur aja,
    wajar saja kalau film Hollywood lebih terasa detail. Mereka tidak sekedar membuat animasi.

    Bagaimana dengan Indonesia?
    Well,
    tahun lalu (2006), ada sebuah matakuliah yang ditawarkan di Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia berjudul Geometry Modelling yang rencananya diajarkan Pak LYS. Sayangnya, kuliah tersebut bentrok dengan kuliah-kuliah lain, dan yang mengambil mata kuliah tersebut adalah mereka yang belum mengambil matakuliah Grafika Komputer (Computer Graphics). Akhirnya kelas tersebut dibatalkan.
    Siapa yang salah?

  6. Sebetulnya Pixar mungkin bukan yang pertama. Cerita tentang berdirinya Pixar juga cukup seru. (Bukan Steve Jobs yang memulainya.) Di IEEE Annals of the History of Computing pernah ditampilkan sejarahnya orang-orang di belakang berdirinya 3D rendering / animasi dll. di Amerika. Saya lupa persis ceritanya. Yang sayang tangkap … perjuangannya tidak mudah. Dulu belum ada software untuk melakukan modeling dan rendering sehingga mereka harus mengerjakan sendiri semuanya. Ada beberapa tampilan gambar softwarenya yang sangat rudimentary.

    Ada cerita tentang bagaimana para pejuang grafik ini harus pindah dari satu tempat ke tempat lain (maklum, cerita kuno … gak punya duit – jadi cerita begini bukan hanya di Indonesia, di Amerikapun terjadi). Intinya adalah … mereka berjuang untuk hal yang detail. Mereka tidak puas hanya dengan garis besar saja. Mereka masih tidur di kantor hari Sabtu, hari Minggu, dan hari libur lainnya lagi.

    Saya sendiri mulai mengintip animasi komputer (dan computer music) mulai dari tahun 89-an. Waktu itu ada konferensi di Ohio. Saya ke sana dan terkesima dengan animasi-animasinya (yang kala itu masih menggunakan supercomputer). Seingat saya animasi “lampu meja” yang hidup dan bermain-main (waktu itu rasanya main bola) sudah ada dari jaman itu. Karena membutuhkan computing power yang besar (dan tidak saya miliki), membutuhkan kesabaran (karena banyak detail), dan lain-lain … saya menyerah. Saya hanya sebagai pengamat saja. 🙂 (Meskipun untuk dunia musiknya saya mulai tertarik lagi.)

    Dua puluh tahun berlalu … mereka sekarang sukses. Ingat mantra yang pernah saya lemparkan; untuk menjadi jagoan (pakar) dibutuhkan waktu 10 tahun. Ayo ah … rajin, serius, tekun. Sepuluh tahun tidak lama kok.

Tinggalkan komentar