Pegawai Toko Buku

Iseng-iseng tadi mampir ke sebuah toko buku. (Sedang berbelanja, belok sebentar.) Saya berani ke toko buku karena sudah tahu ada banyak eBook yang belum saya baca dan belum berani beli buku lagi. Ini hanya sekedar lihat-lihat saja.

Saya perhatikan pegawai toko buku ini berdiri diam saja. Melamun-melamun. Memang toko sedang sepi. Mungkin karena waktunya siang hari dan lebih banyak orang di rumah atau sedang cari makan. Entahlah. Yang menjadi perhatian saya adalah para pegawai toko buku ini. Mengapa mereka bosan ya? Padahal toko buku ini … ya banyak buku šŸ™‚

Maksud saya begini. Saya senang ke toko buku atau ke perpustakaan hanya untuk sekedar melihat-lihat atau browsing buku saja. Betapa senangnya kalau saya punya toko buku. Yang terbayang oleh saya adalah asyiknya bisa baca buku macam-macam. Tidak ada habisnya. Tidak membosankan. Nah, mengapa para pegawai ini tampak bosan ya?

Salah satu dugaan saya adalah para pegawai ini bekerja di toko buku ini bukan karena suka buku, tetapi karena dapat pekerjaan sebagai pegawai saja. Buku mungkin bukan minat (passion) mereka. Jadi bagi mereka ini mungkin tidak ada bedanya dengan dagang buah-buahan atau material. Tidak ada yang menarik. Sekedar bekerja saja. Betapa menyedihkannya. Mereka bekerja tidak dengan suka cita tetapi dengan penuh kebosanan dan mungkin penderitaan. Padahal bagi saya, toko buku tidak pernah membosankan. Mereka semestinya kerja di tempat lain saja yang membuat mereka lebih bahagia.

Hmmm …

18 pemikiran pada “Pegawai Toko Buku

  1. Saya sepakat dengan rachmat. Menurut saya bukan karena tidak mau atau tidak suka tetapi mereka dipekerjakan untuk memperhatikan pengunjung-pengunjung nakal atau membantu pengunjung yang merasa kesulitan menemukan buku tertentu, bukan untuk membaca buku. jadi, wajar saja mereka akhirnya merasa bosan.

  2. Kan sudah saya ceritakan, lagi sepi. Gak ada pengunjung. Mereka diem aja. Padahal kalau saya, sudah nyusun buku. Lihatin sampulnya. Pilah-pilah. Dan seterusnya. Passion, man!

  3. yang menyedihkan, karena mereka tidak berminat terhadap buku jadinya juga tidak bisa membantu pembeli mencari buku. Saya pernah mendapati kasus tsb, ada pelanggan yang mencari buku tertentu dan bertanya (tanpa tahu judul buku tetapi menanyakan buku yang isinya tertentu) ke pegawai toko buku tetapi pegawai tersebut malah menyatakan kalau buku tersebut tidak ada padahal buku tersebut ada!

    dan biasanya pengorganisasian letak buku2 di toko yang pegawainya seperti itu tidak rapih.

  4. Mungkin bagi pak budi dan sebagian kecil penggila buku di Indonesia menyayangkannya,tp itu tidak berlaku bagi mereka yang tidak menyenangi buku karena pastinya sangat membosankan. Mereka tidak merasakan kenikmatan saat membaca.jadinya ya melamun saja sambil menunggu pengunjung datang.

  5. Setahu saya memang karyawan sebenarnya dilarang membaca buku-buku yang ada di toko. Melihat-lihat sampul boleh, tapi membacanya tidak. Karena hal itu akan menurunkan nilai intrinsik dari buku itu sendiri pak.

    Analoginya adalah seperti toko sepatu dimana karyawan tidak boleh mencoba-coba sepatunya sama sekali meskipun hanya sebentar saja. Menurunkan nilai buku itu.

    Itu mengapa kalau saya ke pegawai di sana mengenai isi buku, mereka pasti tidak tahu pak. Berbeda dengan petugas perpustakaan yang setidaknya mengerti garis besar isi buku. Mungkin mereka bosan karena itu pak. Hehehehe..

  6. Nampaknya di perpustakaan umum sama saja dg pegawai toko buku tadi bukan orang yg punya “passion”. ga ada gairah “marketing” nya sama sekali.

  7. kalau gak ada gairah bekerja di toko buku mending bekerja di tempat rekreasi aja….kan bisa hepi terus…..

  8. Huahaha, ceritanya lucu. Yah, kayaknya memang bener sih, karyawan toko buku nggak boleh baca buku. Kasihan ya? Mirip kek pegawai bank yang tiap hari dikelilingin dan ngitungin duit tetapi tetap merasa miskin, hehehe.

    Anyway, sehubungan postan ini berhubungan dengan buku, pas banget dah! Saya mau numpang promosiin buku saya. Boleh kan pak? Boleh ya? *Ah, dilarang juga tetep saya posting link-nya, huahahaha, maksa*

    Fantasy Fiesta 2011 Sudah Terbit!

  9. Saya punya pengalaman, dulu selepas SMA sambil kuliah malam saya pernah bekerja sebagai penunggu perpustakaan di sebuah Akademi, dengan honor yang sangat kecil, namun saya bisa menikmati karena bisa menyalurkan hobi saya dan saat itu saya bisa membaca buku sepuas mungkin. perpustakannya tidak begitu besar, dan jarang mahasiswa yang mampir untuk mencari dan membaca buku, padahal buku bukunya sangat bagus bagus menurut saya. Saya heran kenapa mereka tidak memanfaatkan fasilitas yang ada. Praktis saat itu setiap harinya tidak ada ada kegiatan, sehingga mungkin buat orang yang tidak suka membaca akan sangat borring, namun buat saya sebuah anugerah, karena saya bisa membaca seharian tanpa harus diganggu dengan pekerjaan.
    Sampai sekarang setelah puluhan tahun berlalu dan hari hari disibukan dengan aktifitas kerjaan yang tidak pernah selesai, kenangan bekerja yang termanis adalah sebagai penunggu perpustakaan di Akademi tersebut

  10. Carikan dong sama Pak Budi kerjaan yg sesuai passion mereka.. he he.. :D.

    Mungkin bagi para pekerja itu, passion nomor 212–yg penting punya pekerjaan saja sudah anugrah.

  11. bosen juga sih pak kalo tiap hari ketemunya sama buku lagi buku lagi. hehehe…
    tapi harusnya para penjaga buku itu bisa jadi orang yang berpengetahuan luas seandainya mereka bisa memanfaatkan kesempatan yang ada di hadapannya yaitu baca buku. pastinya suatu saat mereka gak akan jadi penjaga buku lagi. kehidupan mereka pasti akan berubah drastis tis tis….hehe

  12. Saya pikir peraturannya memang melarang mereka untuk membaca buku yang ada disana. Meski begitu buka alasan untuk “tampil” redup dan sayu. Karena kalau memang pencinta buku, berada ditengah-tengah buku saja bisa jadi sudah sangat menyenangkan šŸ™‚

  13. mereka mungkin pengen baca. tapi jika membaca saat kerja takutnya ga bisa siaga kerja karena keasikan membaca. jadi mereka enggan membaca, biar bisa mengawasi pelanggan dan toko

Tinggalkan komentar