Kebiasaan Membaca Buku

Akhir-akhir ini saya merasa lambat dalam membaca buku. Bahkan beberapa waktu yang lalu saya merasa mandheg dalam membaca buku. Dalam waktu tersebut tidak ada buku yang saya tamatkan! Nah, sekarang saya mulai rajin (maksa) membaca kembali.

Tadi saya tanya kepada mahasiswa apakah ada yang sudah membaca bukunya Thomas Freedman Friedman, “The World is Flat”. Ternyata belum pernah ada yang membaca. Nama Freedman Friedman saja tidak ada yang tahu. Kemudian saya pancing dengan nama Malcom Gladwell. Ternyata sama saja, sebagian besar tidak tahu. Hanya satu orang yang pernah membaca “Blink”. Wah. Saya khawatir kalau saya tanya buku-buku “klasik” lainnya jawabannya akan sama.

Ini menyedihkan bagi saya. Lha wong saya saja yang lambat membacanya masih dapat sejumlah buku asyik yang sempat saya baca, kebayang orang yang cepat dalam membaca. Saya jadi ingat mas Moko van Madison yang bacaannya seabreg-abreg. Kebayang betapa kaget dan sedihnya dia kalau melihat mahasiswa saya yang kurang membaca.

Alasan tidak membaca buku sangat klasik, tidak ada waktu! Waktu mahasiswa ternyata hanya habis untuk ke kampus, belajar dan membuat pe-er. Saya masih ragu dengan “belajarnya” 🙂 Kalau ke kampus dan membuat pe-er-nya sih saya bisa percaya. Tapi ini semua membuat mahasiswa tidak punya waktu? Mungkin ya? Tapi kok di luar negeri mahasiswa bisa punya waktu untuk baca buku-buku klasik?

Bagaimana menyikapi hal ini (bahwa banyak mahasiswa yang tidak baca buku)?

24 pemikiran pada “Kebiasaan Membaca Buku

  1. Saya termasuk yang malas membaca buku, pak. Jangankan buku yang serius, komik Conan saja sampai sekarang belum selesai saya baca. Tapi rencananya besok pas di kereta api menuju ke Bandung pengen diselesaikan.

    Saya tipe orang yang pengen langsung tahu intinya (dan kalau bisa langsung dipraktekkan). Biasanya kalau ada masalah baru deh baca. Itupun bukan buku, tapi biasanya googling. Jadi langsung tahu intinya.

    Sebenarnya saya sendiri pengen bisa menikmati membaca buku. Gimana ya caranya, pak?

  2. mungkin karena di Indonesia nilai tersurat lebih penting daripada nilai tersirat. Jadi tidak perlu baca buku yang penting dapat A, soal cara? ya tahu sendiri lah.

  3. hoho… kalo tipping point baca kok pak… yang versi inggris juga kok…outliers juga pak… hehee…

  4. Kalau Freedman memang saya juga baru tau dari kelas bapak, tapi kalo Malcolm Gladwell kebetulans saya memang tertarik sejak Outlier, jadi Blink, dan Tipping Point juga kebetulan saya baca. Ada lagi buku2 yang recommended seperti itu pak?

  5. Pertama-tama saya mohon maaf sam kang Budi,bukannya kita ga bisa membaca buku,tapi kita saja yang kurang membagi waktu,kalo diluar negeri mereka memanfaatkan waktu kosong untuk membaca apa saja,coba kang Budi lihat lagi jadwal kegiatan anda coba pasti ada waktu luang,kang bukanya membaca buku itu bisa dimana saja dan waktunya bisa kapan saja

  6. hanya masalah niat saja pak, nyatanya Pak Budi sibuk masih sempat baca buku yang berat-berat gitu. Saya pegang “The Worl is Flat” saja langsung teler. jadi baca lompat-lompat saja….

  7. Bagaimana jika para dosen memberi PR wajib membaca buku ? hehe.. Manusia di amerika dan indonesia sama saja, yg berbeda adalah kebiasaan lewat akses buku (exposure), dan ini bisa di sebarkan lewat proses belajar mengajar, alias dipaksa2 dikit. Orang amerika itu sering dipaksa2 baca buku dan akhirnya banyak diantaranya jadi suka baca buku :).

  8. ps. tapi banyak sekali anak2 diamerika yg doyannya ngerjain PR saja tanpa baca buku seperti banyak teman2 saya waktu kuliah di amerika dulu..heheheh..ya memang mungkin kurang dipaksa.. paling2 kalo tidak membaca dapet C, .. tapi mungkin kuliah di tempat yg lebih ‘canggih’ tidak bisa begitu atau lebih susah lah 🙂

  9. Secara statistik, 58% lulusan SMA tidak akan membaca buku lagi, begitu lulus dari bangku sekolah. Secara statistik lagi, 42% mahasiswa tidak akan pernah membaca buku lagi sekalinya mereka lepas kampus.

    Jadi, yang sebenarnya aneh adalah mereka yang sampai besar masih saja doyan membaca buku. Apa mereka tidak punya pekerjaan atau hobi lain daripada membolak-balik halaman buku?

    *iya, iya, saya kutu buku yang elitis dan sinis*

    Beberapa hari yang lalu saya di Ubud menghadiri Ubud Writer’s Festival, yang nyaris 80% pesertanya adalah (manula) warga negara Asing. Menurut saya aneh, bahwa di negara yang rakyatnya lebih menyukai sinetron, catatan oral dan jarang membaca di luar lingkungan mall/sekolah/kota – mengadakan pesta buku.

    Yang aneh siapa ya?

  10. buat memulainya tuh beraaaat om bud…waktu saya malah banyak saya habiskan buat ngenet, itung – itung mencari refrensi2 foto – foto bagus, buat mengolah rasa….nggak negatif – negatif banget kan..:)

  11. saya suka baca buku psikologi….sangat membantu saya dlm kehidupan sehari2..ga ada salahnya berkaca dr pengalaman org lain agar kita jd lebih baik.

  12. horeee
    pak budi, saya senang anda membikin tulisan kek gini
    saya termasuk orang yang “gila” baca meskipun belum banyak buku yang saya baca. hem22

    ada tips gimana biar bisa baca cepath??

Tinggalkan komentar