METAVERSE: apa itu?

Sedang ramai dibicarakan soal Metaverse. Apa itu? Sebetulnya saya ingin membuat sebuah tulisan yang komprehensif, tetapi itu akan membutuhkan banyak waktu. Sementara ini banyak orang sudah membutuhkan penjelasan agar tidak kacau dan menimbulkan kerugian. Sebagai contoh, ada banyak orang yang menderita kerugian karena tidak paham soal cryptocurrency (dikenal dengan kependekan crypto, meskipun di dunia saya kependekan ini memiliki arti yang lain yaitu cryptography) dan NFT. Akhirnya banyak terjadi penipuan atau orang yang merasa ditipu karena tidak paham tentang hal tersebut.

Baiklah. Mari kita mulai penjelasan yang agak singkat.

Kata metaverse sendiri digunakan pertama kalinya (coined) oleh pengarang buku Neal Stephenson dalam bukunya, Snow Crash (1992). Dia menceritakan sebuah “dunia virtual” yang berupa sebuah jalan lebar yang memiliki panjang 64.000 Km. (Lebih tepatnya 2 pangkat 16 Kilometer.) Di pinggir jalan virtual tersebut dapat “dibangun” berbagai hal; bangunan, layanan, atau apapun. (Bayangkan ini seperti jalan raya yang ada toko di kiri kanan jalannya.) Pemilik jalan virtual ini adalah sebuah konglomerasi yang mengalahkan perusahaan telepon – ya, ini tahun 1992. Akses dilakukan dengan menggunakan sebuah perangkat yang dipasangkan di kepala / mata. Kalau sekarang, ini dikaitkan dengan Virtual Reality atau Augmented Reality. (Kalau ke depannya, visi ini harus dirombak dengan menggunakan kacamata saja. Toh sudah ada Google glass atau Hololens.)

Ide seperti ini sesungguhnya bukanlah isapan jempol. Saat ini sudah ada beberapa “virtual world”, yaitu dunia digital tempat orang-orang berkumpul. Kalau jaman dahulu ini bentuknya menggunakan teks biasa; mailing list, bulletin board, USENET news, dan IRC. Metaverse 0.1. Kemudian muncul games yang lebih visual atau grafis. Awalnya games-games tersebut dimainkan sendiri, tetapi internet kemudian menjadi lebih murah dan lebih cepat. Awalnya ada games seperti The Sims. Untuk yang terhubung ke internet, ada games Second Life. Pada “virtual world” ini – teks atau grafis – orang-orang berinteraksi satu dengan lainnya. Seperti berinteraksi di dunia nyata saja.

Aplikasi (games) awal tersebut umumnya statis, dalam artian kita hanya dapat bermain saja. Maka muncul versi selanjutnya, yang mana pengguna juga dapat membuat obyek yang interaktif. Pengguna dapat membuat program di dalamnya. Contoh yang seperti ini adalah games Minecraft dan Roblox yang banyak dimainkan oleh anak-anak. Ya, betul, anak-anak. Jadi anak-anak melakukan pemrograman (tanpa mereka sadari) dengan menggunakan bahasa Java atau Lua di dalam games tersebut. Maka ini dapat dikatakan sebagai Metaverse 0.9.

Aplikasi selanjutnya adalah pengembangan dari games tersebut dengan menggunakan blockchain sebagai framework di bawahnya. Maka sekarang kita memiliki transaksi keuangan di dalam dunia meta tersebut. Uang di dunia “metaverse 1.0” ini adalah cryptocurrency. Contoh implementasi dari ini adalah permainan Sandbox, yang menggunakan cryptocurrency Ethereum dan SAND. Di dalam dunia Sandbox, seorang pemain dapat “membeli tanah” dan membangun obyek di atasnya. Tanah ini kemudian dapat diperjual belikan. Demikian pula, pengguna dapat membuat obyek-obyek (statik atau dinamis) seperti misalnya avatar, lukisan, meja, dan seterusnya dalam bentuk NFT (Non-Fungible Token). [Wah ada banyak istilah di sini – seperti blockchain, cryptocurrency, NFT – yang penjelasannya akan saya lakukan terpisah karena bisa panjang nantinya dan tidak fokus.] Obyek-obyek ini, dalam bentuk NFT, dapat diperjualbelikan. Maka lengkaplah dunia metaverse ini; ada individual, ada interaksi, ada obyek, ada uang, ada transaksi, … apa lagi ya?

Lantas bagaimana kita menyikapi metaverse ini? Tidak perlu khawatir. Status saat ini mirip dengan status internet di tahun 1990-an. Pada saat itu bentuk dari yang namanya “internet” masih belum jelas. Apa saja yang dapat dilakukan oleh “internet” belum jelas. Sekarang sudah lebih tergambar dan bahkan muncul istilah-istilah baru sepertu “cyberspace”. Jika kita gantikan kalimat yang ada kata “cyberspace” dengan “metaverse”, maka maknanya masih tetap (akan tetapi Anda lebih didengarkan karena kekinian).

Jadi jangan terlalu khawatir. Banyak orang yang takut kehabisan tanah di Sanbox misalnya. Ini kan hanya satu dari sekian banyak implementasi dari metaverse. Nanti akan ada banyak “dunia-dunia” lainnya. Santai saja.

Lantas apakah ada opportunities di sana? Tentu saja. Bahkan orang masih mencari killer applications untuk blockchain, yang mana metaverse hanya merupakan salah satunya. Ini sama seperti apakah perlu kita memiliki situs web (website) atau akun media sosial. Kalau dahulu tidak ada orang yang memiliki itu. Sekarang, semua instansi pemerintahan harus memiliki situs web. Demikian pula perusahaan dan bahkan individual. Tetapi apakah kalau kita tidak memiliki situs web bakalan mati? Tidak juga. Namun kompetitor bisnis yang memiliki situs web dan akun media sosial akan memiliki nilai tambah daripada yang tidak. Demikian pula dengan metaverse.

Mari kita melangkah dengan perlahan.

Penjelasan dalam bentuk video sudah saya buat dan saya simpan di beberapa tempat, yang mana salah satunya adalah di akun Pinalle saya. Lebih tepatnya di sini. (Silahkan simak.)

Cerita tentang Metaverse di Pinalle.com

https://pinalle.com/rahard/WWIwZk4xWC9FOUZmVlFrRUZhdXVBTkI0OVZwRFlhYWZmWVNwYzU5T3VlND0=

Semoga bermanfaat

Iklan

3 pemikiran pada “METAVERSE: apa itu?

  1. Malah lebih khawatir dengan crypto coin , walaupun cenderung pemakainnya terbatas dalam game. Kecenderungan dunia bisnis justru melihat peluang yang terjadi pada dinamika currency dari berbagai coin virtual ini. Bahkan ada yang sudah dipertukarkan dengan nilai real, dalam bentuk mata uang resmi atau pun barang. Bisa gak jelas antara dunia nyata dan hayalan

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s