Semakin Boros Penggunaan Disk: FLAC vs MP3

Saya lihat sekarang ada trend baru dalam format digital untuk lagu, yaitu FLAC. FLAC merupakan singkatan dari Free Lossless Audio Codec. Dari namanya bisa disimpulkan bahwa format FLAC ini mencoba mengecilkan berkas audio tapi tanpa menghilangkan data, yang artinya tanpa menurunkan kualitas. Kira-kira seperti format ZIP atau RAR untuk mengecilkan data. Format MP3 yang lazim kita kenal untuk format lagu sebetulnya mengurangi kualitas dari audio (lagu).

Akibat dari pendekatan yang lossless ini maka ukuran berkasnya menjadi membengkak! Biasanya satu lagu MP3 ukuran berkasnya hanya 3 MB sampai 5 MB, ukuran satu lagu di format FLAC antara 20 MB sampai 50 MB. Hampir sepuluh kali lipat lebih besar! Uedhan.

Nah, pemutar lagu MP3 yang umum saat ini memiliki memori antara 1 GB sampai 4 GB. (Tentu saja ada yang lebih besar tetapi harganya juga lebih mahal dan kurang lazim saat ini. Entah tahun-tahun ke depan.) Mungkin nanti kalau ada pemutar FLAC maka ukuran memorinya harus sepuluh (10) kali lipatnya ya? Hadoh. Sekarang saja penggunaan disk komputer saya sudah mulai menipis dengan mulainya saya menggunakan format FLAC ini.

Apakah format FLAC ini akan menjadi populer? Saya kok agak ragu. Pasalnya, apakah kita bersedia menambah memori (yang berarti harga lebih mahal) demi kualitas? Saya kira kok tidak ya. Kualitas lagu dalam format MP3 bagi sebagian besar orang sudah cukup.

Tidak banyak orang yang cerewet soal kualitas suaranya. MP3 is good enough. Bahkan kalau saya amati, pemutar MP3 yang ada saat ini kualitasnya juga buruk (software nya?). Itu yang membedakannya dengan iPod (yang kualitas audionya bagus). Ditambah lagi earphone yang digunakan juga tidak bagus. Tidak akan terdengar bedanya antara format FLAC dan MP3. Bahkan mungkin di komputer pun tidak terasa beda format FLAC dan MP3. Malahan FLAC menghabiskan disk saja.

Jadi dugaan saya orang akan tetap menggunakan format MP3.

Bagaimana menurut Anda?

54 pemikiran pada “Semakin Boros Penggunaan Disk: FLAC vs MP3

  1. Jadi bingung Pak. Di awal paragrap dibilang format FLAC mencoba merampingkan file audio tanpa mereduksi kualitasnya tapi di akhir tulisan dikatakan sebaliknya.

    Kalau saya, nunut dengan kebiasaan orang kita disini. Jajal dulu barang baru, kalau kurang sreg rujuk lagi dengan yg dulu hi hi hi…

  2. saya belum pernah ngincipi FLAC, tapi saya lebih suka WMA daripada MP3. WMA itu sebenernya punya kualitas suara yg lebih baik daripada MP3 tapi ukuran file tetep kecil hehe 😀

  3. FLAC yang worth itu kalau denger FLAC nya Acoustic Alchemy pak, terus diputer di soundsystem nya Aula Barat, asli mantap pak 🙂

    Kalau lagu2 lain yg biasa-biasa aja sih nggak terlalu worth it kalau didengerin di FLAC, cukup MP3 aja.

  4. Izin komentar pak,
    dulu saya menganggap format MP3 dengan bitrate 128 sudah cukup namun belakangan semenjak kenal format Lossless (Wave,FLAC, Apple Lossless) semakin terasa bahwa MP3 128kbps sudah tidak layak dinikmati (bagi audiophilers). Tapi MP3 dengan bitrate 320kbps masih lumayan kok…

    Memang kalau pertama kali mendengar, terkesan bedanya sedikit antara FLAC dan MP3 tapi coba dengarkan musik favorit kita dengan format lossless di speaker yang bagus selama 1 bulan pasti nanti terasa bahwa MP3 jauh dibawah kualitasnya 🙂

    kalau ingin mengetahui tentang audio dan sekitarnya gabung saja di forum audiophile.id 😀

    izin memberi opini juga
    @ Pak Ali : kualitas MP3 yang dikonversi ke FLAC tidak berubah jauh lebih baik ketimbang hasil Rip dari CD dan di konversi ke FLAC

    akhir kata “size doesn’t matter for audiophilers”

  5. Betul pak, MP3 itu pada dasarnya lebih dari cukup. Saya sih biasanya cari yg bitratenya 192 atau 320 kb/s.
    Tapi untuk band tertentu yg bener2 saya sukai, misal Queen atau Dream Teather, tidak ada keraguan untuk ngoleksi versi FLAC-nya.

    :mrgreen:

  6. Betul. Yang sudah pernah merasakan MP3 Bitrate tinggi (192Kbps ke atas), apalagi di alat musik berkualitas, pasti kangen terus. Bersyukurlah buat yang belum pernah denger musik bitrate tinggi. Ignorance is a bliss.

    Alternatif lainnya, FLAC bisa digunakan untuk tujuan pengarsipan.

  7. Saya lebih suka format Ogg dibandingkan mp3. Berdasarkan pengalaman, pengkompresian Ogg lebih bagus.

    Saya suka merekam acara radio. Berhubung gak perlu hasil suara yang bagus banget, jadi ngerekamnya dengan bitrate yang kecil saja (32kbps).

    Awalnya rekaman disimpan dalam format mp3. Abis itu iseng coba Ogg. Walah ternyata hasil Ogg bening banget. Kalau yang mp3 berasa ada suara yang mengganggu. Sedangkan ukuran filenya sama saja diantara keduanya.

  8. memang kalau hanya didengarkan sekilas dan hanya memakai earphone atau speaker abal2 yang harganya di bawah 100 ribu, mp3 dan FLAC tidak begitu terasa bedanya. Apa lagi buat orang kayakb saya yang pendengarannya sudah agak berkurang. Bahkan beberapa orang banyak yang bilang, cuma orang yang punya kuping kucing aja yang bisa ngerasain bedanya

  9. sepertinya sih memang bakalan tetap MP3 yang menjadi jawaranya. dulu sempat booming format OGG, kemudian sekarang AAC. tapi toh MP3 tetap populer.

    tapi bukankah sekarang kapasitas disk sudah mulai besar dan semakin murah? kecepatan internet juga sudah semakin meningkat. hmmm… kita lihat saja, lah

  10. saya pengguna FLAC files merasakan sendiri perbedaan yang sangat jauh antara MP3 dengan FLAC…
    Untuk mengetahui perbedaan, harus memakai audio high end semacam bookshelf, sehingga diperoleh suara asli dan natural pula..
    masalah harddisk ato storage saya rasa sekarang sudah murah sekali utk taraf 250-500gb, dan itupun cukup untuk mengoleksi file2 FLAC.

  11. hmmm… bener kata bung yuda..
    sementara ini sih aku nikmatin flac di notebook,dengan headset senheiser.. hasilnya cukup mantab.. tapi klo dengerin audiophile lebih mantab lagi make AKG.. (wohh.. jadi curhat)
    tapi walaupun memang hampir 5 giga habis buat album2 berformat flac,tapi sebanding kok sama kualitasnya…

    salam..

  12. kalau kuping panci saya rasa mp3 dgn bitrate 64 pun tdk masalah dan itu cukup 1,5mb per lagu

    kalau sudah namanya audiophiler dan dengan perangkat memadai baru terasa bgmn ada suara yg hilang, staging yg acak2an dll

    jadi bagi yg ingin menikmati suara bagus dgn size yg lebih ramping FLAC adlh jawabannya

  13. MP3 > size kecil kualitas berkurang
    FLAC > size besar kualitas jernih

    Lalu apa istimewanya FLAC ?
    Kecuali ada suatu format yang bisa membuat size kecil tanpa mengurangi kualitas.

    btw, FLAC itu berkutat di bitrate berapa yak?
    kalo MP3 lazimnya di 128-192kbps.

  14. Gue make dua-duanya. Biasanya buat ponsel sih tentu aja file-nya mp3 (karena ponsel gue ga support file berformat FLAC) tapi kalo buat di PC, belakangan gue lebih sula file FLAC karena suaranya lebih kenceng dari file mp3. Kalo soal memori, gue sih milih lagu-lagu/album tertentu aja yang gue simpan dalam format FLAC (umumnya klasik), yang kalo gue dengerin HARUS dengan kualitas TOP. Jadi, ga SEMUA lagu. Besides, masalah memori gue lebih ke file-file berformat AVI, MPEG dan video format file lain. Hehe.

  15. ijin komen pak, mp3 masih tetap dipake sebagian besar orang di Indonesia, pola nya selalu mengerucut jumlah orang yang pake mp3, flac, cd audio lokal, cd audio import, dvd audio, sacd. tidak usah diperdebatkan. orang yg menginginkan kualitas tertinggi dari sebuah audio akan mengusahakan yg terbaik,tidak akan menggubris maslah ukuran file. orang yg make mp3 pasti tidak terlalu pusing dengan kualitas. hehe no offence

  16. FLAC ya jangan dimasukan SD 2-4GB, pakai hardisk, tujuannya untuk backup CD ori kita.
    Sekarang kan banyak pemutar FLAC untuk audio rumah, misalnya product egreat dll

  17. ya itu sama kayak orang beli mobil mewah yang ngerepotin, mahal dst.
    tentu saja rasanya beda walaupun sama2 mobil…
    kalo lagu2nya sodiq sih mending mp3+ minum miras pasti kedenmgarannya lebih bagus dari flac

  18. ijin komen nih..
    ya kalo menurut saya klo cuma mau sekedar denger” lagu aja sih cukup dengan MP3, tapi klo emg maniak sama yang namanya musik, tentu butuh kualitas yang lebih maniak juga.. nah, FLAC mungkin jadi jawabannya.. emg klo di denger sekali duakali FLAC sm MP3 ga beda jauh.. tapi kalo udah sering denger, terasa banget perbedaannya klo FLAC jauh kualitasnya ketimbang MP3.. dilihat dari bit rate nya aja si FLAC 1400kbps yang jauh lebih besar dari MP3 yang cuma 320kbps.. soal size memory ya bagi saya wajar lah, klo mau yg lebih bagus pasti memakan size yang banyak juga..

    thanks..

  19. Kalau dengar mp3 rasanya masih ada yang kurang gitu lho. klau flas bass dan trbele halus ngak maksa berehntinya .. bedanya kayak mobil d irem dengan lembut dengan di rem mendadak…

  20. jujur secara pribadi saya gak bisa bedain antara mp3 320kbps dengan flac, tapi klo ngebedain lagu dalam bentuk 16bit 44.1khz (kualitas CD ori/CD yg biasa kita beli di toko musik, mp3 juga maksimal kayaknya 44.1khz) dengan yg 24bit 96khz (kualitas master’an/studio) terasa banget ditelinga… 😀
    kualitas musik iTunes pun menurut saya biasa aja, gak ‘wah’ seperti kata orang2… soalnya saya masih sering nemuin artekfak dan suara cymbals pecah (biasanya lagu2 keras)… no offense ya… ^_^v

  21. wah sepertinya agak sulit juga kalo FLAC bakal populer, selain filenya terlalu besar masih sedikit orang juga yang menggunakan output audio yang memadai untuk memaksimalkan hal tersebut 😀

  22. Sekarang tehnologi hardisk / flasdisk berkembang pesat dan semakin cepat .. MP3 mendukung tehnologie stroge sebelum berkembang seperti sekarang sehingga harus mengkomress sedemikian rupa Data audio supaya bisa ditampung dengan banyak di hardisk/flash yang kecil. Sudah saatnya pakai FLAC karena tehnologie mendukungnya dan hasilnya memang beda.. lebih detail dan kaya suara dibandingkan MP3

  23. kalo potensinya kayaknya masih di mp3 tapi bagi yang memang butuh kualitas suara yang mumpuni flac memang sangat dibutuhkan karena kualitas suaranya sangat detail tapi ya itu harus ada yang dikorbankan, jujur kalo ane sendiri menilai atau yang biasa berurusan dengan sound jelas berbeda kualitas mp3 dan FLAC

  24. itu kan article dari tahun 2010 lalu,,
    sekarang udah tahun 2012,,
    bentar lagi mw ketahun 2013,,
    masa ia masih pke format mp3,,
    saatnya berpindah ke flac,,
    itung2 memanjakan telinga kita bro biar ga cepet rusak,,,

  25. disini saya cuma mau sharing tentang kualitas suara FLAC vs mp3 320kbps

    coba cek frequency cut-off file berformat flac pake software SPEK…
    biasanya frekuensi musik berformat flac hasil rip dari CD (16 bit) bisa sampai 22kHz,, sedangkan hasil rip mp3 320kbps dari CD (16 bit) yg sama terpotong di 20kHz
    Nah telinga manusia cuma bisa denger frekuensi suara dari 20Hz-20kHz
    jadi tetep aja walaupun flac frekuensi cut-off nya sampai 22kHz, 44kHz, 88kHz, 96kHz, 192kHz, telinga kita ga akan bisa denger perbedaannya..
    Ga ada org yg bisa bedain antara mp3 320kbps vs FLAC.
    Masih ngotot juga kalau suara FLAC lebih bagus dari mp3 320kbps?
    Silahkan Anda blind test FLAC vs mp3 320kbps,

    Flac cocoknya buat backup CD Audio atau koleksi,
    tapi kalau buat didengerin di portable player atau mobil, Flac cua ngabisin tempat, pakai saja mp3 320kbps

    Mau hasil rip dari CD audio (16 bit) tidak terpotong frequency nya?
    maka convert lah ke AAC 320kbps,, saya jamin ga akan ada frequency yg terpotong alias full frequency sama seperti source,

    Keuntungan dari AAC dibanding FLAC, ukuran filenya yg jauh lebih kecil,,
    frequency full + ukuran file kecil = AAC
    walaupun tidak seterkenal mp3, tapi AAC yg paling worthed 🙂

  26. yang penting mp3 dan flac nya gak gratisan aja… kalo download gratisan ya apa bedanya.. membudayakan pembajakan.. windowsnya juga paling bajakan semua..pake crack.. full offense

  27. Gini mas, tiap orang punya sensitivitas dan sense yg berbeda.
    Setup saya DAC pakai fiio E10, headphone superlux HD660, player foobar200 with ASIO. Bisa tolong jelaskan pakai teori respon frekuensi yg sering didewa-dewakan (manusia hanya bisa denger suara antara 20hz-20khz), kenapa dg setup yg sama, lagu yg sama, tp yg satu mp3 320 yg satu FLAC, saya dengan sangat jelas (begitu pun orang lain) bisa membedakannya!
    Di FLAC saya bisa mendengarkan gemerincing goyangan simbal ketika habis dipukul, dan desis ekstensi suara simbal (you know simbal habis dipukul gak langsung berhenti toh?), di mp3 320 tidak terdengar.
    Di FLAC saya bisa merasakan soundstage yg lebih baik, vokal kadang maju kadang mundur (bukan volumenya kadang gede kadang kecil!), gitar solo melodi maju kedepan, bass gitar ada di belakang, gesekan yg real antara jari dengan senar gitar (bukan suara kreeki-kreek doang), dan ketika vokalis bernyanyi ada kesan airflow, seperti penyanyi menghembuskan napas ke mic. Di MP3 320 saya tidak bisa mendengarkan yg seperti itu.

    Coba tolong jelaskan pakai teori respon frekuensi!
    Pasti anda bingung kan? Begitu pula orang lain yg baca!

    Ini yg disebut LOSSLESS, seperti yg ditulis mas budi raharjo pemilik blog ini. TIDAK ADA YG DIHILANGKAN.
    Anda tau teknik kompresi MP3? Dia menghilangkan frekuensi yg lemah/tidak dominan/frek tidak dominan yg diapit frekuansi dominan. BUKAN MENGHILANGKAN FREKUENSI DIBAWAH 20HZ dan DIATAS 20KHZ SAJA. Makanya filenya kecil.
    Nah, hal-hal kecil pembentuk imaging lagu, seperti desah napas, detil gesekan tangan ke senar, ekstensi gemerincing simbal, ekstensi pukulan drum, dkk semua itu di frekuensi yg tidak dominan, nah yg itu dihilangkan oleh kompresi MP3..

    Nah, bagaimana cara menikmati lossless?
    Kalau anda memainkan musik pakai iPod atau tu mereferensikan iPod sebagai standar kualitas, itu BLUNDER karena iPod kualitas suaranya biasa saja. Silakan anda ganti player ke hifiman, altmann tera, cowon, atau sony seri Z/F. Jarang denger merk diatas? Karena itu merk kelas audiophile serius, bukan player menang gaya dan fitur seperti iPod. Suaranya uda jauh!
    Kalau anda memainkan musik di PC/laptop, perhatikan soundcard/DAC yg anda pakai. Saran ganti ke minimal kelas fiio E10 atau ibasso dzero. Headphone minimal sekelas superlux HD660 (IDR 400k), speaker minimal sekelas dBe SP88 (IDR 500k-discontinued)
    Semua setup itu sudah bisa mengeluarkan seperti apa kualitas FLAC dibanding MP3!

    Pernah denger setup DAC burson HA160D dg headphone sennheiser HD800 atau beyerdynamic T1? Itu setup high end. Kalau pake mp3 320, HD800 bakal bersuara tajam, klo pake FLAC enak.
    Itu baru referensi!
    Kok ngejudge FLAC sama MP3 320 kbps playernya cuman iPod touch pake earphone bawaan? Ya GAK VALID LAH!!!!

    So, apa kesimpulan FLAC vs MP3?
    TELINGA DAN SESE OF MUSIC ANDA! DAN JANGAN LUPAKAN PLAYER YG DIGUNAKAN..

  28. Untuk mas gobedh, boleh minta tolong ceritakan pengalamannya lagi ya. Saya itu masih belum sreg. Kalau aslinya saja sudah digital (dengan kondisi tertentu yang sebetulnya juga sudah menghilangkan banyak hal), apa masih bisa berasa seperti kalau kita mendengarkan piringan hitam? Apakah rekaman sekarang memang sudah bagus sekali sehingga memang investasi di FLAC itu sudah dapat dikatakan worth it. (Ada beberapa lagu yang sudah saya simpan dalam format FLAC, tapi ya itu dia sumbernya dari CD bukan piringan hitam.)

  29. Saya setuju dengan mas gobed… Itu lah bedanya.. Layaknya kamera lensa poket dengan lensa dlsr… Gitu lo… Gambar atau photo yang dihasilkan oleh keduanya mempunyai rasa yang berbeda, walaupun objek gambatnya sama, dan tidak semua orang mampu membedakanya. Mp3 suaranya sedikit miskin rasanya dari flac, semakin jelas terdengar bedanya jika playernya juga mantap.

  30. Membanding piringan hitam dan flac sama dg membandingkan ayam sama kambing. Suara analog dan digital secara alamiah tidak pernah akan sama, karena medianya lain. Apakah anda tahu kenapa ketajaman warna fhoto yang dihasilkan oleh filem conventional lebih hidup dari pada dengan digital. dan ternyata lukisan tidak bisa digantikan dengan photo. Demikian juga audio digital terkompresi dengan perrimbangan priortas pada segi ukuran dengan

  31. Membanding piringan hitam dan flac sama dg membandingkan ayam sama kambing. Suara analog dan digital secara alamiah tidak pernah akan sama, karena medianya lain. Apakah anda tahu kenapa ketajaman warna fhoto yang dihasilkan oleh filem conventional lebih hidup dari pada dengan digital. dan ternyata lukisan tidak bisa digantikan dengan photo. Demikian juga audio digital terkompresi dengan perrimbangan priortas pada segi ukuran dengan

  32. Membanding piringan hitam dan flac sama dg membandingkan ayam sama kambing. Suara analog dan digital secara alamiah tidak pernah akan sama, karena medianya lain. Apakah anda tahu kenapa ketajaman warna fhoto yang dihasilkan oleh filem conventional lebih hidup dari pada dengan digital. dan ternyata lukisan tidak bisa digantikan dengan photo. Demikian juga audio digital terkompresi dengan perrimbangan priortas pada segi ukuran akan berbeda hasilnya jika kompresinya juga mempritoaskan kwalitas dan ukuran.

  33. tergantung kebiasaan kita mendengar musik.
    saya biasa dengar musik kualitas cd audio ori dan file wav hasil mastering.
    dan akan terasa perbedaanya ketika mendengar musik dengan format mp3.
    banyak frekwensi yg hilang akibat kompresi menjadi mp3.
    menurut saya format flac lebih baik dari pada mp3, agar telinga kita dapat terbiasa mendengarkan hasil mastering lagu yg sesungguhnya, dan dapat menghargai para musisi yg bayar mahal untuk mastering suatu lagu.

  34. kalo menurut saya sih mau flac atau mp3 sama aja ah, asal dengernya pake hati gak pake mikir.kalo dengernya pake hati nanti juga kedengeran semua instrumen yang udah di kemas di lagu yang agan denger.

    biasakan selalu positive thinking.

  35. ya itu tergantung kebiasaan kuping bos. untuk saya yang bekerja di musik produksi mixing dan mastering udah kerasa banget perbedaan frekwensi yg terkompres di file mp3. beda jauh dengan yang di cd audio atau format wav hasil mastering.
    paling gak kan qt bisa sedikit memanjakan telinga dengan kualitas CD ori asli.
    dan ingat jangan terlalu lama mendengar bunyi-bunyian yang lebih dari 80 dbspl. agar telinga qt tidak hearing loss.

  36. Kompresi MP3 mengandung beberapa tahap:
    Pertama, membuat spektogram. Biasanya ST-FFT (Short-time Fast Fourier Transform) digunakan. Pada transformasi ini, kadang komputer memiliki pembulatan tertentu. Secara teoretis proses ini lossless. Secara praktis, tergantung software dan pembulatan pada komputer.
    Kedua, kadang setelah spektrogram, software untuk ripping MP3 masih menggunakan Time-Frequency Masking untuk menghilangkan beberapa informasi yang tidak penting. Proses ini biasanya bersifat otomatis dari software dan menimbulkan lossy.
    Ketiga, spektogram tersebut diutak-atik lagi dengan M-DCT (Modified Discrete Cosine Transform). Secara teoretis, proses ini lossless. Secara praktis, tergantung software dan komputer. Transformasi ini biasa digunakan pada gambar JPEG.
    Keempat, ada pembulatan yang biasa disebut quantization. Proses ini yang pasti membuat informasi berubah. Masih mirip dengan kompresi JPEG. Ada detail yang hilang.
    Kelima, kompresi Huffman Coding. Juga mirip kompresi JPEG. Proses ini lossless. Tapi karena sebelumnya sudah ada beberapa tahapan yang lossy, Jadinya total kompresi MP3 itu menghilangkan beberapa detail suara atau musik.

  37. Yg bilang flac sama mp3 sama aja udah dicoba belum? :3 klo flac’a hasil convert dr mp3 yah sama aja.. Tapi saya kalau dari cd (original) lebih suka rip ke wav. sama sama losless tp sedikit lebih baik. ukurannya juga yah sedikit lebih besar dr flac..
    beda 10% lah.

  38. Saya tidak setuju dengan pendapat anda
    MP3 adalah lossy codec, artinya data dikompress agar muat di size kecil.
    Contoh analogi: dari gambar vektor grafik jadi jpg (1366×768)
    50MB> 100kb
    Iya sih jadi kecil, tapi pas di resampling oleh program…
    Misal: keluarin gambar dengan ukuran 10000×10000 pixel
    Jpg akan pecah, sementara vektor akan mulus
    Namun, LCD anda hanya support 1366×768 sehingga tidak kelihatan beda
    Iya sih, tidak kelihatan, tapi pas di photoshop… di edit… di upscale, efeknya kerasa.

    Sama seperti MP3
    MP3 dan FLAC saat diputar di software music player android bawaan, sama saja kedengarannya
    Namun saat saya pasang program lain, (contoh poweramp) yang disetel untuk hi-res 24 bit output, hi res resample, musicfx + samsung sound alive+ (surround resample)
    MP3 menghasilkan stereo biasa, tidak berubah
    FLAC: 3D virtual-surround sound, full range bass (kenapa virtual-surround? Karena cuma punya stereo output)

    FLAC: makan tempat, yes, tapi quality terjaga (vector)
    MP3? Jpg quality
    “If you call yourself an audiophile, but happy with MP3 quality (or only know MP3), YOU ARE NOT AUDIOPHILE!”

  39. klu di ipod, di speaker PC, di HP, di audio portable tidak kelihatan perbedaannya, tetapi jika menggunakan amply misal NAD 3020 baru terasa perbedaannya, kualitas suara lebih jernih

  40. kalau menurut saya, tergantung kebutuhan sih. kalau hardwarenya kurang mendukung.. gunakan mp3. toh percumakan kalau pakai flac, cuma menuhin hdd. kecuali jika mau dijadikan aset jangka panjang, file flac sangat saya rekomendasikan

  41. numpang koment ya.. sbnarnya FLAC sama Mp3 jelas beda rasa mskipun di putar di media smartphone android. hape saya Flash Plus 2. yg ada AKM Chip Sound. ga perlu DAP kelas wahid pun sudah bisa bedain. hanya pake App berbayar JetAudio Plus (full version) yg bisa mengeksekusi file FLAC dan WAV dgn mulus, dan ada fitur “Crystalizer” di setel stengah (50%). saya tes pake file Mp3 320kbps dan FLAC 1mbps. lagunya sama. hasilnya,, di Mp3 stereonya nendang aga kasar dan separasi kurang bagus. sementara di FLAC jelas lbih rapi. dan lagu terasa lbih hidup krn semua instrumen jelas di kuping.
    di Mp3 juga klo instrumen latar cukup jelas, tapi tidak konsisten.
    dan katanya klo mo di uji “Blind Tes” antara Mp3 dan FLAC., boleh di coba dgn App ini.. setel aja Crystalizer di setingan 65 smp 70%. orang awam audiopun mampu bedain asal dengarnya fokus smbari merem. hehehe
    di FLAC mulus, smntara Mp3 aga distorsi..
    kesimpulan, klo hanya dengarin lagu-lagu bareng keluarga dan kerabat ya Mp3.. Klo memang ingin menikmati cita rasa musikalitas telinga kita secara pribadi ya FLAC 🙂

Tinggalkan komentar