Ini adalah perjalanan dari cara saya mendongeng. Semuanya dimulai dari blog. Eh, sebelum itu saya memulai dari membuat halaman web dengan langsung menuliskan kode HTML. Kala itu namanya masih homepage. Tapi itu kejauhan. Kita mulai dari blog saja ya.
Blog merupakan media saya mendongeng dalam bentul tulisan. Pada awalnya ini dilakukan karena teknologi yang tersedia pada masa itu baru sanggup untuk mendukung tulisan. Kecepatan internet masih lambat. GPRS. (Apa itu? Silahkan pelajari.) Sudah lambat, harganya juga mahal. Akses internet itu dapat dikatakan masih mahal. Jadilah mendongeng dengan bentuk tulisan di blog merupakan sebuah hal yang paling memungkinkan. Padahal ini kurang sesuai dengan budaya bangsa Indonesia yang tidak suka membaca (dan menulis tentunya). Blog memiliki fitur yang memudahkan orang untuk bercerita. Seseorang yang mau nge-blog tidak harus tahu tentang HTML dan kode-kode singkatan lainnya. Dia tinggal mengetikkan apa yang ada di otak (dan hatinya?). Maka mulailah saya ngeblog. Itu tahun 2002, kalau tidak salah. Itu dimulai dengan menggunakan layanan blogspot.com (dan banyak lagi) sebelum akhirnya saya mangkal di wordpress.com (dan baru-baru ini ke medium.com).
Langkah selanjutnya saya ingin membuat dongeng dalam bentuk audio. Secara teknis ukuran berkas audio lebih besar dari teks tetapi lebih kecil dari video. Jadi dari blog ke membuat suatu yang berbentuk audio harusnya lebih natural. Namun ternyata ini tidak terjadi. Jika di tulisan ada blog, maka untuk audio ada podcast.
Membuat podcast sudah pasti lebih susah daripada membuat tulisan, tetapi tingkat kesulitannya ternyata cukup tinggi. Pertama saya harus memiliki alat rekam yang bagus. Digital recorder harganya masih mahal. Itu yang bagus. Handphone juga sudah dapat digunakan untuk merekam, tetapi memori handphone untuk menyimpan rekaman suara masih terbatas. Program (tools, software) untuk mengedit hasil rekaman juga masih ribet. Jika blog ada di banyak tempat, podcast ternyata masih sedikit dan juga ribet. Singkatnya, saya tetap ngeblog saja.
Teknologi komputer dan jaringan berkembang terus. Kemampuan komputasi handphone sudah setingkat laptop. Memorinya pun sudah besar. Handphone sudah dilengkapi dengan kamera yang kualitasnya mendekati atau bahkan di atas digital camera. Maka mengambil video merupakan hal sangat mudah. Mengedit video masih ribet. Softwarenya masih mahal dan membutuhkan kemampuan komputer yang bagus juga. Lama kelamaan masalah ini terpecahkan juga. Mulai banyak software untuk mengedit video yang kualitasnya bagus, mudah digunakan, dan gratis pula. Tempat untuk menyimpan video-video tersebut mulai banyak, yang utamanya tentu saja YouTube. Luar biasa ini YouTube. Video sebesar apapun tinggal kita unggah. Akhirnya saya membuat video untuk YouTube.
YouTube channel saya ada di sini: https://www.youtube.com/channel/UC3S4LLQIPK1TT5S2LmieCYg
Setelah membuat video barulah saya melirik lagi untuk mendongeng melalui suara. Secara tidak sengaja saya menemukan Anchor.fm. Ini sebuah layanan yang membuat podcasting semudah ngeblog. Saya tinggal mengunggah suara saya – yang saya ambil dari video YouTube saya – ke situs anchor.fm itu. Langsung saya membuat sebuah episode untuk podcast saya. Yang lebih menariknya lagi, anchor.fm juga mendistribusikan podcast itu ke beberapa tempat dan khususnya ke Spotify. Mengapa ini penting? Karena ada banyak orang yang mendengarkan musik dan podcast melalui Spotify. Jadi Anchor.fm ini menyerupai YouTube bagi saya.
Podcast saya ada di sini: https://anchor.fm/budi-rahardjo
Pendekatan saya dalam mendongeng tetap sama, “create and shoot“. Jadi saya langsung bercerita dan publish. Kalau ada editing itu hanya minor. Ya kualitasnya seperti itu. Apa adanya. Oh ya, ini semua saya lakukan sendirian. Jadi inilah sebabnya saya tidak melakukan proses editing. ha ha ha. Kebanyakan kerjaan.
Dari peta perjalanan ini ternyata saya berangkat dari tulisan (ngeblog) ke video (YouTube channel) baru ke podcast (anchor.fm dan spotify). Lucu juga. Tadinya saya pikir secara teknologi harusnya saya ke podcast dulu baru ke video. Ternyata kenyataan berkehendak lain. Yang penting Anda dapat menikmati dongeng saya. Ya kan?