Riset, Diskusi Teknis, dan Hal-hal Terkait

Saat ini saya dan kawan-kawan sedang berdiskusi tentang pekerjaan yang sangat kental nuansa teknisnya. Diskusinya sebetulnya lebih mirip ke diskusi riset yang dilakukan di research center di luar negeri. Kami berdebat tentang masalah teknis.

Saya menyukai hal-hal yang seperti ini karena menstimulasi (challenge) kemampuan intelektual. Kita selalu diasah dengan pertanyaan atau permasalahan yang baru dan seru. Sering kali kita menemukan masalah yang belum tahu jalan keluarnya. Bisa jadi karena kemampuan sumber daya yang kita miliki terbatas (misalnya, butuh 1000 server untuk memproses datanya) atau memang karena masalah yang dihadapi sangat sulit (kompleksitas atau big-Oh nya eksponensial).

Seringkali kita juga harus melihat (membaca) makalah teknis. Ada teori yang harus dipelajari juga. Bahkan juga harus lari ke teori matematis.

Yang susah juga adalah mencari orang-orang yang mau dan mampu untuk diajak berdiskusi. Ini bukan diskusi b*llsh*t mau cari muka, tetapi benar-benar mengadu ide untuk mencari solusi. Seru!

Lukisan Alam

Saya sangat menyukai langit yang cerah dengan sedikit sentuhan awan. Seperti foto yang saya ambil beberapa jam yang lalu di jalan tol Cipularang menuju Bandung.

Mengapa saya menyukai foto awan ini? Karena (1) indah, (2) gratis, dan (3) mudah dipotret.

Indah. Lihat saja foto di atas (dan foto-foto saya di koleksi “Skies”). Luar biasa keindahan alam yang diberikan oleh Allah swt. Saya tidak perna bosan menikmatinya. Berubah-ubah. Tetap indah. Membuat hati juga gembira dan bahagia. (Itulah sebabnya saya tidak suka hujan karena tidak ada kecerahan di sana.)

Gratis. Untuk menikmati pameran lukisan seringkali kita harus bayar, tetapi yang ini pamerannya gratis.

Mudah dipotret. Nah ini dia. Saya masih belajar memotret dan memotret langit + awan lebih sering menghasilkan foto yang bagus-bagus. hi hi hi. Memotret manusia masih sulit bagi saya.

Mau apa lagi? Terima kasih, ya Allah.

Pengemis Diberi Uang? Jangan?

Pasti kita pernah menemui pengemis di persimpangan jalan (yang ada lampu setopan). Mereka datang dan menghampiri kita untuk minta uang. Nah, Anda beri atau tidak?

Ini pertanyaan yang cukup sering ditanyakan. Di satu sisi, kita ingin ikut membantu mereka (dan mungkin menjadi amal?) tetapi di sisi lain kita tidak tahu apakah pengemis ini pengemis beneran (karena katanya ada banyak yang pura-pura tetapi penghasilannya cukup banyak). Selain itu kita juga khawatir dengan memberi akan lebih banyak lagi orang yang mengemis. Dahulu saya termasuk yang tidak suka memberi, tetapi setelah membaca sebuah opini saya jadi berubah pikiran.

Dahulu saya berpendapat bahwa saya mau membantu kalau bermanfaat. Saya tidak mau memberi. Kemudian ada yang bertanya, memangnya kamu membantu apa? Memberi? Tidak. Membantu? Tidak. Jadi itu hanya alasan saja (bahwa saya mau membantu kalau bermanfaat). Pada kenyataannya kamu tidak melakukan apa-apa. Kalau kamu memang melakukan sesuatu (entah apa lah, misalnya membantu mengajar anak-anak jalanan itu) maka kamu tidak memberi di jalan memang sudah benar. You are doing something. Sekarang? Kamu nggak ngapa-ngapain juga. Plak! Benar juga apa yang dia katakan?

 

Jadi sekarang saya cenderung untuk ngasih. Tidak selalu, tetapi cenderung.

Bagaimana dengan Anda?

Menghilangkan ke-aku-an

Dalam sebuah kelompok – baik itu kelompok musik (band), kelompok olah raga (tim), dan sejenisnya – sering kita melihat ada orang yang terlihat ingin menonjol sendiri. Padahal kelompok akan menjadi lebih baik apabila kesemuanya tidak saling ingin menonjol. Justru yang biasanya kelompok yang paling solid – dan dapat langgeng – adalah yang saling mengisi, saling membantu. Bukan saling menonjolkan diri.

Biasanya ke-aku-an ini terjadi jika kelompok masih baru, masih belum saling mengenal. Sejalan dengan waktu, anggota saling mengenal, mengetahui kemampuan (dan kekurangan) satu sama lain, sehingga sudah tidak perlu lagi menunjukkan ke-aku-annya. Kalau sudah lama tetap saja ingin jadi yang paling menonjol, ya pecat saja. he he he.

Selamat Ujian

Di kampus kami (ITB), ujian akhir semester (UAS) sedang berlangsung dan untuk kelas saya sudah berlangsung minggu kemarin. Selamat ujian kepada para mahasiswa. Jangan pernah mencontek. Di sekolah, salah itu boleh. Yang tidak boleh adalah curang (termasuk mencontek). Sukses!

Sementara itu para dosen harus bekerja keras untuk memeriksa dan memberi penilaian. Selamat bekerja untuk para dosen.

Keluh Kesah Layanan Internet dan Telekomunikasi

Di hadapan saya ada beberapa kartu simcard; indosat (im3 & im2 broom), 3, smart, [dan yang sedang dicharge telkomsel], serta satu ISP Bandung. Kesemuanya saat ini lambat atau tidak dapat mengakses internet. Setelah mencoba satu persatu, akhirnya bisa juga akses internet (untuk menuliskan blog ini). Betul-betul membuat frustasi.

Di tengah-tengah angka statistik bahwa pengguna internet Indonesia sudah mendekati 40 juta orang, akses internet saya masih kelap kelip. Padahal saya tinggal di Bandung, sebuah kota besar. Apa ceritanya bagi warga Indonesia yang tinggal di tempat yang bukan kota besar?

Minggu lalu saya diwawancara tentang internet berkecepatan tinggi. Dalam hati saya ingin mengatakan ironi, karena jangankan berkecepatan tinggi – internet yang stabil saja masih harus penuh dengan doa. Berharap ketika kita membutuhkan internet (untuk urusan pekerjaan atau sekolah) internetnya ada.

Saya ingin mengatakan bahwa internet berkecepatan tinggi (broadband) seharusnya menjadi hak asasi rakyat Indonesia. Mungkin saya harus lebih menekankan kepada kata “SEHARUSNYA” itu ya?

Tidak Ngeblog Kemarin

Wah, kelewatan ngeblog lagi 😦  Saya membuat komitmen kepada diri sendiri untuk ngeblog tiap hari, tetapi kadang memang kondisi tidak memungkinan.

Kemarin hampir seharian saya berada di acara Indonesia Information Security Forum 2011, yang diselenggarakan di G.H. Universal (di jalan Setiabudi, Bandung). Di sana saya sulit untuk mencari tempat untuk mengakses internet sendiri. Akibatnya selama di sana saya tidak bisa akses internet. Saya pikir saya akan menginternet (menuliskan tentang acara kemarin) di rumah.

Sampai di rumah ternyata internet putus. Mungkin karena hujan besar. Sering sekali kalau hujan besar internet putus. Memang beberapa kali ada masalah dengan layanan internet di rumah karena menggunakan wireless. Biasanya masalahnya adalah di ISP-nya (antena kena petir, dan sejenisnya). Yah apa boleh buat.

Saya kemudian mencoba menggunakan layanan 3G. Tidak jalan. Oke, coba satu lagi – menggunakan layanan EVDO. Sama juga gak jalan. Jadi tiga ISP gak ada yang jalan. Akibatnya, no blogging. hik hik hik …

Dobel Kopi, Dobel Gula

Tadi saya ngantuk sekali. Mau buat kopi, tetapi ingat hari ini sudah minum dua cangkir kopi. Pikir-pikir buat kopi satu cangkir lagi atau tidak ya? Akhirnya saya putuskan untuk buat lagi. Nah, saya belum menemukan takaran yang pas untuk membuat kopi yang enak. Akhirnya kopi yang saya buat terlihat terlalu hitam (padahal sebetulnya pas). Saya tambahkan susu kental manis. Eh, jadinya terlalu manis. Saya minum juga sih.

Sekarang saya terjaga. Belum ngantuk lagi. Hadoh.

Nampaknya memang untuk membuat tidak ngantuk, buat dobel kopi dan tambahkan gulanya. Hayah … 🙂  Saya jadi ingat minuman merek Jolt waktu dulu masih sekolah di Kanada. Iklannya memang dobel kafein dan dobel gula. Membuat mata terbuka.

Sekarang masalahnya pakah kalau tidak ngantuk tetap produktif?

Keynote on Computational Intelligence

Pagi tadi saya ditelepon dan diminta untuk jadi keynote speaker pengganti di sebuah seminar. Keynote speaker-nya mendadak tidak bisa hadir padahal acaranya adalah hari ini. Kebetulan waktu yang diminta ternyata saya bisa. Jadi langsung saya sanggupi dan saya siapkan materi presentasinya.

Ini dari keynote saya adalah ada beberapa topik penelitian masa depan yang terkait computational intelligence. Yang pertama adalah hal-hal yang terkait dengan dunia jejaring sosial. Saya melihat dunia jejaring sosial akan mirip dengan dunia nyata. Di sana ada kehidupan dan tentunya akan banyak masalah (sosial). Pemahaman atas masalah sosial ini mungkin dapat dipahami dengan menggunakan model yang dapat dipecahkan dengan menggunakan computational intelligence.

Barricelli’s universe saya ambil sebagai contoh untuk menjelaskan betapa belum mengertinya kita tentang banyak hal. Barricelli membuat penelitian di tahun 1954 – sebuah simulasi yang dijalankan di atas komputer pertama ketika von Neuman dan kawan-kawan sedang tidak menggunakan CPU cycle-nya – tentang sebuah digital paleontology. Hasilnya cukup menarik. Ada kode dari Barricelli yang tidak dimengerti operator dan belum dijalankan. Ini menunjukkan betapa belum mengertinya kita.

Kemudian saya menunjukkan penelitian twitter kami, yang mana kami mencoba memahami struktur jejaring yang dibentuk oleh orang Indonesia di dunia twitter. Saya tampilkan program kecil yang sedang berjalan dan hasil penelitian sebelumnya. Cukup menarik rasanya.

Yang kedua, salah satu hal yang menarik dari layanan jejaring sosial adalah games. (Games tentu saja tersedia di luar jejaring sosial.) Games sekarang semakin menarik dengan kemampuan artificial intelligence yang membuat pemain ingin kembali main.

Wah, saya lupa juga untuk mengangkat topik layanan Siri yang terbaru ya.

Hal terakhir yang saya singgung adalah dunia security. Model computational intelligence dapat digunakan untuk mendeteksi serangan atau penyusupan dengan mencari pola serangan dari log intrusion detection system (IDS). Hasilnya memang belum terlalu menggembirakan meskipun dapat dikatakan positif.

Begitulah kira-kira apa yang saya sampaikan dalam keynote tadi siang.

Foto: Awan

Lagi-lagi foto yang saya tampilkan kali ini adalah foto awan. Alasannya sederhana, awan memiliki pola yang indah dan relatif mudah untuk dipotret.

Foto ini saya ambil tadi pagi di lokasi dekat rumah. Rumah yang ada dalam potret ini adalah kafe yang bernama Dapoer Oma. Lumayan juga makanannya dan harganya tidak mahal-mahal amat.

Dokumentasi, Dokumentasi, Dokumentasi

Baru saja saya melihat video presentasi George Dyson di TEDtalks tentang lahirnya komputer. Silahkan dilihat. Sangat menarik, khususnya bagi saya yang memang menyukai sejarah terkait dengan komputer. Yang paling menarik bagi saya adalah George Dyson dapat menceritakan tentang sejarah kelahiran komputer karena adanya dokumentasi yang dibuat oleh para peneliti dan pengembangnya.

Hal yang lazim bagi peneliti ketika melakukan penelitian adalah membuat logbook. Semua dicatat dalam logbook. Bahkan keluh kesah, lawakan, corat coret, doodle, dan hal yang mungkin tidak terlihat terkait langsung dengan penelitian tersebut dicatat. Semua terdokumentasi. Hal ini memudahkan peneliti selanjutnya untuk meneruskan peneltian dan juga memudahkan untuk meminta perlindungan hak intelektual (seperti paten, misalnya).

Saya tertawa ngakak melihat beberapa bagian yang lucu dari catatan logbook tersebut. Ada banyak humor di sana. Saya sarankan Anda melihatnya. Sangat lucu.

Herannya, di Indonesia, banyak peneliti yang tidak mendokumentasikan penelitiannya. Semuanya dilakukan di kepala dan baru dituliskan ketika diminta untuk memberikan laporan penelitian kepada penyandang dana. Maka yang terjadi adalah dokumen instan. Banyak yang tidak tercatat karena sudah lupa. Dokumen itu pun dibuat kalau diminta. Kalau tidak diminta, maka tidak ada dokumentasi yang bisa digunakan oleh peneliti selanjutnya. Mungkin ini kultur orang Indonesia yang kurang senang membuat dokumentasi tertulis?

Sekarang dengan adanya kemajuan teknologi informasi semestinya lebih mudah untuk melakukan dokumentasi, bukan? Maka oleh sebab dari pada itu … dokumentasikan semua kegiatan Anda. Kalau tetap tidak mau juga, ya … mau bagaimana lagi?

URL terkait:
http://www.ted.com/talks/george_dyson_at_the_birth_of_the_computer.html
Jika link di atas tidak bekerja (karena di belakang proxy, misalnya), gunakan link berikut dair YouTube: http://www.youtube.com/watch?v=EF692dBzWAs

Oprekan Komputer Kali Ini

Ternyata komputer desktop saya masih lama lagi kembalinya. Masuk ke bengkel sudah lebih dari 1 bulan yang lalu. Awalnya masalah motherboard. Sekarang – katanya – masalahnya ada di prosesornya. Karena masih garansi harusnya saya dapat perbaikian gratis, tetapi sudah bolak balik nampaknya mereka masih belum berhasilmemecahkan masalah. Atau sesungguhnya mereka tidak punya stok untuk garansi? Entahlah. Yang pasti, saya terkatung-katung dan ini tidak menyenangkan.

Dalam menjalankan bisnis, kita harus jujur kepada klien. Klien umumnya bisa memahami masalah kita. Dalam kasus saya ini sebetulnya saya rela membeli prosesor baru (sambil minta diskon), meskipun seharusnya saya bisa mendapatkan prosesor itu gratis sebagai jaminan dari garansi. Sekarang terkatung-katung begini malah saya jadi kesel. Tadinya juga saya mau beli komputer lagi ke toko yang sama, tetapi sekarang saya jadi ragu dengan servis yang kurang baik ini. Mungkin kalau saya jadi beli komputer lagi, toko ini belum tentu menjadi pilihan saya. (Padahal kami sudah banyak beli dari toko ini lho.)

Untuk sementara ini (entah sementara sampai berapa lama), terpaksa saya menggunakan Mac mini yang sudah saya Linux-kan. Ini ada problem lagi karena tidak banyak orang yang menggunakan Linux di Mac mini. Akibatnya ada banyak aplikasi yang tidak didukung. Aplikasi paling gampang saja, web browser, saya hanya dapat menggunakan iceweasel (versi dari Firefox). Banyak situs web yang marah-marah kalau saya kunjungi dengan browser ini. Nah, apakah saya perlu compile sendiri Firefox terbaru dari source code-nya?

Sekarang saya sedang berusaha menjalankan java di komputer ini. Ternyata di situs Java.com tidak tersedia versi yang sudah siap. Untungnya nemu OpenJDK. Sekarang sedang mencoba pasang OpenJDK ini. Setelah itu mau pasang mysql.

Perjalanan ngoprek masih panjang …

Rindu Empat Musim?

Beberapa waktu yang lalu saya ditanya kawan saya, apakah saya pernah rindu Kanada? Saya jawab ya. Ada kalanya ingin kembali melalui empat musim itu; winter, spring, summer, fall. Entah kenapa.

Saya jadi teringat kata-kata seorang kawan saya. Menariknya empat musim itu adalah kita bisa merasakan pergerakan waktu. Sementara itu kalau hanya dua musim – dan terkadang terkesan hanya satu musim – kita lebih susah merasakan pergerakan waktu. Benar juga ya.

Hanya saja untuk winter yang berkepanjangan saya tidak suka. he he he. Maklum dulu di Winnipeg, salju bisa ada berbulan-bulan. Bosen juga lihat salju. 🙂